spot_img
Minggu 20 Juli 2025
spot_img
Beranda blog Halaman 2

Nikmati Kuliner Lezat Bernuansa Alam di Saung Sawah Nusa Ciamis

0
Ketpot: Suasana di Saung Sawah Nusa
Ketpot: Suasana di Saung Sawah Nusa

CIAMIS,FOKUSJabar.id: Bagi para pecinta kuliner yang ingin merasakan sensasi makan di tengah hamparan sawah yang asri, Saung Sawah Nusa bisa menjadi pilihan yang tak boleh dilewatkan. Terletak di Dusun Ciheras, Desa Selacai, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tempat ini menyuguhkan perpaduan sempurna antara kelezatan kuliner dan keindahan alam pedesaan.

Dari saung yang berdiri di tengah-tengah persawahan, pengunjung bisa menikmati alam yang menyejukkan. Pemandangan bentangan sawah hijau yang luas, perbukitan asri, hingga aliran sungai yang mengalun tenang. Lengkap dengan gemericik air yang terdengar seperti irama alami.

“Warung kami buka setiap hari dari pukul 08.00 pagi hingga 17.00 sore,” kata Lusi, pengelola Saung Sawah Nusa, Sabtu (19/7/2025).

Baca Juga: Ngabungbang dan Mopoek Lembur Hidupkan Kembali Kearifan Lokal Ciamis

Menu Murah Meriah, Rasa Juara

Menu andalan di Saung Sawah Nusa adalah nasi liwet dengan ikan asin, sambal dan lalapan segar. Berpadu dengan karedok, mendoan, serta aneka gorengan hangat yang siap menggoda selera. Semua menu disajikan dengan harga terjangkau, namun tetap mengedepankan cita rasa yang memuaskan.

“Masakan di sini enak, suasananya adem. Tempatnya bikin betah dan pengen balik lagi,” ujar Ade Lia, warga Cijeungjing yang datang setelah melihat tempat tersebut lewat channel YouTube.

Lusi pun mengaku, sejak buka dua tahun lalu, tempat ini ramai pengunjung. Tak hanya oleh wisatawan lokal, tapi juga para pembuat konten seperti youtuber yang tertarik dengan keunikan lokasi dan suasananya.

“Biasanya paling ramai itu menjelang sore. Banyak yang datang sambil membuat konten karena suasananya memang nyaman dan mendukung,” tambah Lusi.

Dengan daya tarik panorama alam yang indah dan sajian kuliner khas Sunda yang menggugah selera, Saung Sawah Nusa menjadi destinasi kuliner yang cocok untuk melepas penat dan mengisi perut dalam suasana pedesaan yang damai.

(Husen Maharaja)

Bandung Siap Jadi Kota Pertama Pengembang Mobil Listrik dan Teknologi Aset Digital Berbasis Blockchain

0
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menyatakan kesiapannya menjadi kota pertama di Indonesia dalam pengembangan teknologi energi baru dan ekosistem mobil listrik -Ist-
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menyatakan kesiapannya menjadi kota pertama di Indonesia dalam pengembangan teknologi energi baru dan ekosistem mobil listrik -Ist-

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pemerintah Kota Bandung menyatakan komitmennya untuk menjadi kota pertama di Indonesia yang mengembangkan teknologi energi baru dan ekosistem mobil listrik secara terpadu. Langkah ini dimulai dengan masuknya tujuh perusahaan teknologi dari berbagai negara yang siap berinvestasi, termasuk dalam pembangunan infrastruktur charging station dan jaringan energi mandiri berbasis tenaga surya.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyebut, kolaborasi ini menjadi bagian dari langkah besar menuju transformasi kota modern berbasis energi bersih dan teknologi blockchain.

“Era teknologi bersih dan mobil listrik tidak bisa ditunda lagi. Karena itu, Bandung siap menjadi kota pelopor,” ujar Farhan, Sabtu (19/7/2025).

Baca Juga: RM Wangi Seruni, Nostalgia Rasa Masakan Rumah

Sejumlah perusahaan yang telah menyatakan komitmennya untuk berinvestasi di antaranya adalah Starcharge. Kemudian ada perusahaan Farmsent, Yogo, China Oriental Capital Group, PT Nusantara Bumi Sangkara, dan Ekta Duo.

Tak hanya fokus pada mobil listrik. Kota Bandung juga akan menjadi pelopor nasional dalam pengembangan tokenisasi aset nyata berbasis teknologi blockchain. Dengan target investasi senilai USD 500 juta atau sekitar Rp 2 triliun.

Namun demikian, Farhan menyoroti tantangan dari sisi regulasi sebagai hambatan utama bagi investor asing. Banyak di antara mereka kesulitan memahami struktur hukum dan birokrasi di Indonesia.

“Yang sering bikin investor bingung adalah peraturan kita sendiri. Maka, kami butuh lembaga seperti IRWATA yang bisa menjembatani dan menjelaskan regulasi secara komprehensif,” ujarnya.

Bandung Menuju Sistem Keuangan Masa Depan Lewat Teknologi RWA

Ketua IRWATA (Indonesia Real World Asset Tokenization Association), Muhammad Sabdo Yusmintiarto, mengungkapkan Kota Bandung akan menjadi pionir dalam implementasi Real World Assets (RWA) yaitu konsep mengubah aset fisik seperti properti atau energi menjadi aset digital berbasis blockchain.

“Melalui RWA, Bandung akan memimpin transformasi sistem keuangan masa depan di Indonesia. Kami harap dari Bandung, sistem ini bisa menyebar ke kota-kota lain,” jelas Sabdo.

Menurutnya, seluruh pembiayaan proyek ini bersumber dari investasi swasta, tanpa melibatkan utang negara atau pembiayaan publik.

Tahap awal dari proyek investasi ini akan terfokus pada pembangunan charging station di berbagai titik yang akan ditentukan oleh Pemerintah Kota Bandung.

“Kami tidak menentukan titiknya, biarkan Pemkot yang memilih lokasinya. Tugas kami adalah membangun sesuai kebutuhan,” jelas Sabdo.

Peluncuran resmi proyek tersebut terjadwalkan pada September 2025 dalam sebuah event besar bertajuk Bandung Connectivity 4.0.

(Yusuf Mugni)

KJA di Pantai Timur Pangandaran Melanggar Perda, DPRD Siap Tindak Tegas

0
Poto: Diskusi bersama pihak PT PBS, Masyarakat serta tokoh masyarakat Pangandaran.
Poto: Diskusi bersama pihak PT PBS, Masyarakat serta tokoh masyarakat Pangandaran.

PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran, Asep Noordin, menyoroti aktivitas Keramba Jaring Apung (KJA) yang beroperasi di kawasan Pantai Timur Pangandaran. Menurutnya, aktivitas tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat maupun Peraturan Bupati (Perbup) Pangandaran.

Hal itu disampaikannya usai melakukan peninjauan langsung ke lokasi KJA bersama tokoh masyarakat, anggota DPRD, dan pihak terkait, Kamis (18/7/2025).

Baca Juga: Berpotensi Rugikan Masyarakat Pangandaran, Ketua DPRD Minta Aktivitas KJA Disetop

Asep menjelaskan, Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2017 Pasal 42 mengatur mengenai pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang juga sejalan dengan ketentuan dalam Perbup Pangandaran Tahun 2014 dan 2016.

“Di Pasal 37 Perbup disebutkan zona industri, sementara Pasal 38 mengatur zona budidaya yang lokasinya berada di Parigi dan Cijulang. Artinya, kawasan Pantai Timur tidak termasuk zona budidaya, sehingga keberadaan KJA di sana bertentangan dengan aturan,” jelas Asep.

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL)

Lebih lanjut, ia menegaskan setiap kegiatan di wilayah laut harus sesuai dengan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

“Kegiatan seperti KJA tidak boleh bertabrakan dengan tata ruang. Kami akan segera membentuk forum untuk menata ulang pemanfaatan ruang laut ini,” tambahnya.

Menurut Asep, KKPRL bukanlah izin usaha atau izin membangun, melainkan hanya izin lokasi. Maka dari itu, setiap ketidaksesuaian memerlukan pengkajian ulang secara teknis.

“Saya mendengar dari PSDKP (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan), jika tidak ada kesesuaian antara pemanfaatan ruang dan peraturan, maka harus ada pengkajian ulang. Kita siap memfasilitasi kajian itu bersama masyarakat dan pemerintah daerah,” ungkapnya.

Selama proses pengkajian berlangsung, Asep meminta agar PT Pangandaran Bahari Sentosa (PBS) selaku pengelola KJA tidak melakukan aktivitas apapun di lokasi tersebut.

KJA Berpotensi Ganggu Konservasi dan Nelayan

Asep juga menyoroti dampak sosial dan lingkungan dari keberadaan KJA, mulai dari potensi gangguan terhadap kawasan konservasi, aktivitas wisata, hingga keresahan para nelayan.

“Tadi saya lihat langsung lokasi KJA, termasuk kedalamannya. Terjadi penumpukan aktivitas di satu titik yang memicu masalah dari berbagai sisi. Ini bisa menimbulkan persoalan sosial di tengah masyarakat,” tegasnya.

(Sajidin)

Retribusi Melempem, Wali Kota Tasikmalaya Dorong Optimalisasi PAD Lewat Inovasi

0
Ket foto : Rakor Evaluasi Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya bersama Pimpinan OPD dipimpin langsung Wali Kota Viman Alfarizi (fokusjabar/Seda)
Ket foto : Rakor Evaluasi Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya bersama Pimpinan OPD dipimpin langsung Wali Kota Viman Alfarizi (fokusjabar/Seda)

TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Hingga akhir triwulan II tahun 2025, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tasikmalaya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, khususnya dari sektor retribusi. Hal ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota.

Dalam rapat koordinasi evaluasi pendapatan daerah yang digelar di Kantor Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Tasikmalaya, Wali Kota Viman Alfarizi bersama Sekda Asep Goparullah dan para kepala dinas penghasil membahas capaian serta kendala pendapatan daerah.

Baca Juga: Hari Krida Pertanian ke-53, Tasikmalaya Dorong Inovasi dan Kedaulatan Pangan

“Rakor ini kita lakukan untuk mengevaluasi progres pencapaian pendapatan, sekaligus mencari solusi atas kendala yang dihadapi OPD penghasil,” ujar Viman kepada wartawan, Jumat (18/07/2025).

Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa sektor pajak daerah telah menunjukkan kinerja cukup baik dengan capaian 50,55 persen dari target. Namun, sektor retribusi masih tertinggal jauh, baru mencapai 39,70 persen dari target triwulan II yang seharusnya minimal 50 persen.

Sektor Retribusi yang Masih Rendah

Beberapa jenis retribusi yang capaiannya masih rendah antara lain:

  • Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD Dewi Sartika: 0,30%
  • Penyewaan tanah dan bangunan (Pemakaian Kekayaan Daerah): 17,73%
  • Pelayanan Kebersihan: 21,18%
  • Pelayanan Pasar/Kios: 26,28%
  • Pemakaian Ruangan Milik Daerah: 34,50%
  • Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum: 38,07%
  • Pelayanan Kesehatan di RSUD dr. Soekardjo: 38,28%

Viman menegaskan bahwa capaian rendah ini harus segera dibenahi. “Pendapatan dari sektor pajak sudah on the track, namun retribusi masih harus digenjot. Kita harus pastikan target triwulan III bisa tercapai,” katanya.

Ia juga meminta agar evaluasi ini bukan hanya menjadi ajang koreksi, melainkan momentum untuk memotivasi seluruh OPD dalam meningkatkan PAD. “Pendapatan daerah sangat vital untuk mendukung keberlanjutan pembangunan,” tegasnya.

Perlu Inovasi dan Digitalisasi

Lebih lanjut, Viman menjelaskan bahwa sekitar 75 persen APBD Kota Tasikmalaya masih bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat dan provinsi. Oleh karena itu, peningkatan PAD menjadi sebuah keharusan.

Salah satu upaya yang terbukti efektif adalah program “Musapahah” (Makan-Makanan Upload Struk Dapat Hadiah), yang mampu meningkatkan pendapatan sektor pajak secara signifikan.

“Inovasi dan digitalisasi pengelolaan pendapatan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Program seperti Musapahah akan kita terapkan juga di sektor-sektor lain untuk mendorong peningkatan PAD,” pungkasnya.

(Seda)

RM Wangi Seruni, Nostalgia Rasa Masakan Rumah

0
RM. Wangi Seruni
RM. Wangi Seruni yang tidak hanya menggoda dengan wangi rempah, tetapi juga wangi kenangan makan siang di rumah.

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Masakan rumah yang sederhana, justru meninggalkan kenangan tak terlupakan bahkan kerap ingin selalu dikenang. Terlebih saat berada di tengah hiruk pikuk kota yang memaksa rasa ingin mengulang.

Ada aroma yang sulit dijelaskan ketika duduk di meja makan rumah. Di Kota Bandung ada RM. Wangi Seruni yang tidak hanya menggoda dengan wangi rempah, tetapi juga wangi kenangan makan siang di rumah.

Rumah makan yang berdiri di Jalan Cimanuk No. 42, Bandung Wetan ini memang tak dibungkus kemewahan atau dekorasi megah. Tapi justru di situlah kekuatannya. Kesederhanaan yang tulus, seperti masakan seorang ibu yang tak pernah berharap pujian, hanya ingin anak-anaknya kenyang dan bahagia.

RM Wangi Seruni
RM. Wangi Seruni yang tidak hanya menggoda dengan wangi rempah (ist)

BACA JUGA: Colok Gembrung Makanan Khas Ciamis Siap Bersaing di Pasar Modern

“Ini semua berawal dari resep ibu saya,” kata Runy Hut Riantoro Bangkit, pemilik RM. Wangi Seruni, saat ditemui di sela kesibukannya. “Saya hanya mengembangkan sedikit agar bisa dinikmati banyak orang,” kata dia menambahkan.

Dan nyatanya, banyak orang datang. Bukan hanya dari Bandung, tapi juga Jakarta. Bahkan berdasarkan catatan internal mereka, 50 persen pengunjung berasal dari ibu kota. Tak heran jika Runy mulai mempertimbangkan untuk membuka cabang di sana. Tapi, katanya, “semua pelan-pelan saja.”

Tempat Bersantap yang Nyaman untuk Semua Generasi

RM. Wangi Seruni punya ruangan luas, kursi yang cukup banyak, bahkan ruang privat bagi keluarga besar. Tempat ini terasa akrab dan tidak mengintimidasi. Anak-anak bisa duduk nyaman, orang tua bisa bercengkerama tenang.

Tak jauh dari Gedung Sate dan PUSDAI, lokasi rumah makan ini pun sangat strategis, mudah dijangkau siapa saja yang ingin makan enak setelah urusan kantor, kegiatan ibadah, atau sekadar rehat dari padatnya lalu lintas Bandung.

Ayam Pejantan hingga Sop Kepala Ikan Utuh

Mereka yang pertama kali datang biasanya jatuh cinta pada Ayam Goreng Seruni. Gurih, empuk, dan memakai ayam pejantan pilihan dari suplier bersertifikasi halal. Harganya? Hanya Rp32 ribu.

Tapi cerita sebenarnya dimulai ketika pesanan Sop Kepala Ikan Kakap Honje datang ke meja. Kepala ikan kakap itu disajikan utuh, tanpa dipotong. Aroma honje yang khas langsung menguar, menghangatkan udara di sekitar. Ini bukan sop biasa. Ini pengalaman makan yang jujur dan tak terlupakan. Untuk seporsi hidangan spesial ini, cukup merogoh kocek Rp55 ribu saja.

Menu lainnya pun tak kalah menggoda:

  • Sop Seruni Rp35 ribu
  • Sop Ikan Kakap Honje Rp40 ribu
  • Tumis Bunga Bawang Rp17 ribu
  • Tahu Lontong Rp17 ribu
  • Perkedel (isi 3) Rp10 ribu
  • Soto Seruni (menu baru) Rp35 ribu
  • Tumis Lember Rp17 ribu

Dengan harga yang sangat terjangkau, satu keluarga bisa makan kenyang tanpa khawatir dompet jebol.

Tak Muluk-Muluk, Tapi Penuh Cita Rasa

“Kami tidak punya ekspektasi macam-macam. Enggak juga harus ‘wah ini enak banget’ kami hanya berharap orang datang dan makan dengan nyaman. Kalau pulang sambil bilang ‘enak juga ya’. Itu sudah cukup buat kami,” kata dia.

Justru dari pernyataan itu, terasa bahwa RM. Wangi Seruni dibangun bukan hanya dengan resep, tapi juga rasa. Rasa ingin menghadirkan makanan yang bisa jadi ruang aman bagi siapa saja yang rindu rumah.

Jika suatu hari Anda berada di Bandung dan ingin merasakan masakan rumahan yang sesungguhnya dengan nyaman, RM. Wangi Seruni bisa jadi pilihan.

(LIN)

Seorang ART Ditemukan Meninggal Dunia di Kamar Majikannya di Ciamis

0
Ketpot: Tim Inafis saat berada di lokasi penemuan Turiah yang meninggal di kamar
Ketpot: Tim Inafis saat berada di lokasi penemuan Turiah yang meninggal di kamar

CIAMIS,FOKUSJabar.id:Turiah (58), seorang asisten rumah tangga (ART) asal Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, ditemukan meninggal dunia di kamar rumah majikannya, Dini Wahdianawati, yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis.

Kapolsek Ciamis Kota, Kompol Alan Dahlan, mengungkapkan bahwa laporan penemuan jenazah diterima oleh petugas piket Polsek Ciamis dan Tim Reskrim Polres Ciamis, Jumat pagi (18/7/2025).

Baca Juga: Ngabungbang dan Mopoek Lembur Hidupkan Kembali Kearifan Lokal Ciamis

“Setelah menerima laporan, petugas kami langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan pengecekan,” jelas Kompol Alan.

Sesampainya di lokasi, petugas menemukan pintu kamar tempat korban biasa beristirahat dalam keadaan terkunci dari dalam. Dengan disaksikan pemilik rumah dan ketua RT setempat, petugas kemudian mendobrak pintu tersebut.

“Setelah pintu berhasil dibuka, korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, terbaring terlentang di atas lantai kamar,” ujarnya.

Menurut keterangan, sebelum ditemukan, majikan korban sempat memanggil-manggil namun tidak mendapat respons. Setelah berulang kali memanggil dan tidak ada jawaban, akhirnya laporan pun dibuat kepada pihak berwajib.

“Jenazah korban sudah diserahkan kepada pihak keluarga di Kalipucang. Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau hal mencurigakan lainnya,” tambahnya.

(Husen Maharaja)

Teh Medium Membangun Koneksi Sosial, Kultur dan Ekologis

0
teh
Peneliti Teh Sebut Teh Punya Penenang (LIN)

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Teh bukan sekadar minuman pelepas dahaga. Di tangan Prof. Keri Lestari Dandan, peneliti teh sekaligus pegiat konservasi menjadi jalan hidup, pelestarian lingkungan dan peluang ekonomi berkelanjutan bagi petani.

Lewat keterlibatannya bersama Paguyuban Grapeti (Gabungan Petani Teh Indonesia), dia mendorong transformasi cara pandang dari komoditas menjadi gaya hidup yang berakar pada tradisi dan keberlanjutan.

“Teh pilihan itu lebih tentang dengan siapa kita meminumnya,” kata Prof. Keri dalam sebuah Podcast Voice of Wellness bertajuk Teh dan Kesehatan di Kota Bandung, Jumat (18/7/2025).

teh
(LIN)

BACA JUGA:

Dusun Bambu Trail Run Tawarkan Keseruan Lari di Alam dan Hadiah Puluhan Juta

Bagi dirinya, teh adalah medium untuk membangun koneksi baik secara sosial, kultural maupun ekologis. Hal ini sejalan dengan misi Grapeti, yang membina para petani agar beralih dari praktik merusak lingkungan.

Seperti penebangan pohon, ke budidaya tanaman teh yang ramah alam dan bernilai ekonomi.

“Daripada kayunya ditebang, lebih baik kita berikan harapan lain. Teh bisa ditanam tanpa harus merusak hutan. Kopi bagus, tapi panennya hanya setahun sekali. Teh bisa dipetik berkala,” jelas dia.

Kini, berkat pembinaan tersebut, para petani yang tergabung dalam Grapeti mulai meninggalkan praktik penebangan pohon.

Mereka beralih ke produksi teh konservatif yang tetap memberi penghasilan tanpa merusak alam.

Terinspirasi Kebiasaan

Lebih dari itu, Prof. Keri juga menyoroti pentingnya inovasi dalam konsumsi. Terinspirasi dari kebiasaan suaminya yang menyukai teh kemasan manis, dia mengembangkan Teh Sephia, sebuah alternatif yang nikmat namun rendah gula.

BACA JUGA:

Madness Tour 2025 Hadirikan Kolaborasi 2 Generasi

“Kita perlu solusi untuk menghindari gula yang jahat,” kata dia.

Prof. Keri melihat tren positif dalam konsumsi teh di kalangan masyarakat Indonesia. Minuman ini tak lagi hanya dikaitkan dengan es teh manis. Namun mulai menjadi bagian dari gaya hidup modern yang menekankan relaksasi dan mindfulness.

“Minuman ini mengandung zat yang bisa membuat kita tenang dan rehat sejenak,” kata dia.

Dia mengangkat nilai budaya. Seperti upacara minum teh di Jepang atau tradisi Tiongkok yang menjadikan sebagai souvenir pernikahan.

“Teh adalah tradisi luar biasa yang lahir di Tiongkok dan kini mendunia,” kata dia.

Indonesia pun tak kalah kaya. Negeri ini memiliki white tea, salah satu jenis premium yang dihargai tinggi di pasar global.

BACA JUGA:

SheHacks 2025, Indosat Siap Dorong Pemberdayaan Perempuan Dalam Kesetaraan Digital

“White tea Indonesia itu mahal karena cara memetik dan mengolahnya sangat khusus,” tutur Prof. Keri.

(LIN)