spot_img
Minggu 12 Oktober 2025
spot_img

Darurat Sampah, Pemkot Bandung Perkuat Peran Warga dan Optimalisasi Rumah Maggot

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kota Bandung kembali menghadapi situasi darurat sampah menyusul kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang kembali membatasi kuota pembuangan sampah ke Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Sarimukti).

Kebijakan tersebut membuat volume sampah menumpuk di sejumlah titik dan berpotensi menimbulkan gangguan kebersihan serta kesehatan lingkungan.

Baca Juga: Pemkot Bandung Tambah Enam Insinerator Ramah Lingkungan Atasi Darurat Sampah

Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Salman Faruq, mengatakan bahwa saat ini Kota Bandung hanya diizinkan membuang 981 ton sampah per hari, dari sebelumnya sekitar 1.200 ton per hari.

“Pihak provinsi kembali mengetatkan kuota pembuangan ke TPS Sarimukti. Kami hanya dibolehkan membuang 981 ton per hari, padahal sebelumnya bisa mencapai 1.200 ton,” ujar Salman, Sabtu (11/10/2025).

Akibat pengurangan tersebut, sekitar 200–300 ton sampah per hari tidak dapat terangkut, dan kini penumpukan sudah mencapai sekitar 4.000 ton.

“Kondisi ini bisa semakin parah jika tidak segera diambil langkah antisipatif,” katanya.

Pemkot Bandung Dorong Pengelolaan Sampah di Sumbernya

Sebagai langkah penanganan, Pemerintah Kota Bandung memperkuat pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Wali Kota Bandung tengah menyiapkan lahan di tiap RW dan kelurahan untuk dijadikan pusat pengolahan sampah organik, serta berencana merekrut 1.597 pendamping pemilah sampah di seluruh RW.

“Pak Wali sedang mencari lahan di tingkat RW dan kelurahan, dan berencana menempatkan pendamping pemilah sampah di setiap RW untuk mengoptimalkan pengurangan sampah sejak dari sumbernya,” jelas Salman.

Sampah organik diketahui menjadi komponen terbesar dari total timbulan sampah di Kota Bandung, sehingga pengolahan di sumber diharapkan mampu menekan volume sampah yang masuk ke TPS dan TPA.

Optimalkan 151 Rumah Maggot

Selain memperkuat peran masyarakat, DLH juga akan mengoptimalkan 151 rumah maggot yang tersebar di sejumlah kelurahan. Fasilitas tersebut sejatinya mampu mengolah hingga 1 ton sampah organik per hari. Namun saat ini baru beroperasi dengan kapasitas rata-rata 350 kilogram per hari.

“Kami akan tingkatkan kapasitas pengolahan dengan mendorong warga memilah sampah sejak dari rumah. Agar bahan organik yang masuk ke rumah maggot lebih banyak,” ungkapnya.

Salman menegaskan bahwa partisipasi warga menjadi kunci utama dalam menekan dampak krisis sampah yang tengah dihadapi.

“Kami sangat berharap masyarakat ikut andil melakukan pemilahan di rumah tangga serta mengolah sampah organik secara mandiri maupun komunal. Hanya dengan kolaborasi, kita bisa keluar dari situasi darurat ini,” pungkasnya.

(Yusuf Mugni)

spot_img

Berita Terbaru