Kamis 12 Desember 2024

Disperindag Jabar Minta Produsen Tempe Tahu Tidak Mogok

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak, terkait ancaman mogok dari para produsen tahu dan tempe akibat tingginya harga kedelai.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Eem Sujaemah mengatakan, sejak Januari 2021 lalu pihaknya bersama Satgas Pangan, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan, juga Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.

Namun, upaya operasi pasar ini tidak bisa memenuhi kebutuhan produsen yang terus tinggi, sementara pasokan impor kedelai semakin susut. Tingginya kebutuhan kedelai dalam negeri tidak bisa diimbangi oleh besaran pasokan dari importir.

“Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan importir lagi susah, Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka namun harganya mencapai Rp10.500—Rp10.700 per kilogram,” kata em Sujaemah, Kamis (27/5/2021).

BACA JUGA: Waduh! Semua Gerai Giant Tutup Pada Juli 2021

Dia menyatakan, kedelai berbeda dengan komoditas lain mengingat masih mengandalkan pada impor. Masalah ini menurutnya terjadi di seluruh daerah di Indonesia.

Eem juga memastikan bahwa dari informasi yang didapat dari Gakoptindo, tidak ada perintah agar produsen tempe dan tahu melakukan mogok produksi.

“Mungkin ada yang mogok tapi tidak semuanya, pemerintah tidak tinggal diam kok,” kata dia.

Eem menyebut produsen tidak mogok produksi dan disarankan untuk menaikan harga jual maksimal 30 persen.

“Kalau tahu tempe naik 30 persen, itu tidak akan jadi masalah, secara organisasi Gakoptindo tidak menyarankan libur produksi, kalau dia mogok implikasinya malah akan lebih banyak,” katanya.

Pihaknya sendiri mengaku pilihan menaikan harga produksi menjadi solusi jangka pendek yang bisa ditempuh oleh para produsen ketimbang mogok produksi.

“Sambil kita menunggu kebijakan lebih lanjut dari Kementerian Perdagangan,” ujarnya.

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img