BANDUNG, FOKUSJabar.id: Data pengguna Facebook lebih dari 533 juta dari 106 negara tersebar secara online dengan gratis, salah satunya pengguna Facebook dari Indonesia termasuk kedalam daftar yang tersebar tersebut.
Dikutip dari businessinsider.com, terungkap data yang terungkap mencakup informasi pribadi yang bocor berasal dari 106 negara dan lebih dari 533 juta pengguna Facebook. Lebih dari 32 juta pengguna di AS, 11 juta pengguna di Inggris dan 6 juta pengguna di India.
Tercatat dari akun Alon Gal @UnderTheBreach lebih dari 130.331 akun pengguna FB dari Indonesia datanya bocor. Jumlah tersebut lebih sedikit dibanding negara tetangga seperti Malaysia mencapai 11,67 juta akun, Singapura 3,06 juta dan Filipina 879.699 akun, Sabtu (3/4/2021).
Alon Gal menjabat sebagai Co-Founder & CTO, Chief Technology Officer Hudson Rock, firma intelejen kejahatan siber berbasis di Israel.
Data pribadi yang bocor tersebut berupa ID Facebook, lokasi, nama lengkap, nomor telepon, beberapa alamat email dan tanggal lahir.
Baca Juga: Pentagon Bakal Rilis Penampakan UFO
Kebocoran data diketahui setelah dilakukan peninjauan sampel data yang bocor serta memverifikasi beberapa catatan dengan mencocokkan nomor telepon pengguna Facebook yang diketahui dengan ID yang terdaftar di kumpulan data.
Insider memverifikasi catatan dengan menguji alamat email dari kumpulan data di fitur pengaturan ulang kata sandi Facebook, yang dapat digunakan untuk mengungkapkan sebagian nomor telepon pengguna.
All 533,000,000 Facebook records were just leaked for free.
This means that if you have a Facebook account, it is extremely likely the phone number used for the account was leaked.
I have yet to see Facebook acknowledging this absolute negligence of your data. https://t.co/ysGCPZm5U3 pic.twitter.com/nM0Fu4GDY8
— Alon Gal (Under the Breach) (@UnderTheBreach) April 3, 2021
Data bocor tersebut dapat memberikan informasi berharga kepada penjahat dunia maya yang menggunakan informasi pribadi seseorang untuk menyamar atau menipu mereka untuk menyerahkan kredensial masuk.
“Basis data sebesar itu yang berisi informasi pribadi seperti nomor telepon banyak pengguna Facebook, pasti menyebabkan pelaku kejahatan yang akan memanfaatkan data tersebut untuk melakukan serangan rekayasa sosial atau upaya peretasan,” kata Gal kepada Insider, Sabtu, 3 April 2021.
Facebook sendiri tidak segera menanggapi masalah tersebut. Gal menemukan data yang bocor ini pertama kali pada bulan Januari, di forum peretasan ada seorang pengguna mengiklankan bot otomatis yang dapat memberikan data nomor telepon ratusan juta pengguna Facebook dengan imbalan berupa uang.
Dilaporkan Motherboard akan keberadaan bot tersebut di saat itu serta memverifikasi bahwa data yang diretas adalah data yang sah. Saat ini banyak sekali data yang telah diunggah di forum peretasan secara gratis dan dapat diakses serta diunggah bagi siapapun, bahkan bagi seseorang yang tidak mempunyai keterampilan dalam hal meretas.
Data Pengguna Facebook Bocor Bukan Kali Ini Saja
Kebocoran data pengguna Facebook yang tersebar dalam jumlah besar secara online ini bukan kali ini saja. Pada 2019 lalu diberitakan bahwa kerentanan yang terungkap memungkinkan jutaan nomor telepon pengguna telah diretas dari server Facebook yang melanggar persyaratan layanannya.
Facebook mengatakan bahwa masalah kerentanan pada Agustus 2019 lalu telah ditangani. Sebelumnya Facebook berjanji untuk menindak penggalian data massal setelah Cambridge Analytica menghapus data dari 80 juta pengguna yang telah melanggar persyaratan layanan Facebook dengan menggunakan Facebook sebagai sarana politik dalam pemilu 2016.
Dari sudut pandang keamanan, Gal mengatakan tidak banyak yang dapat dilakukan Facebook untuk membantu pengguna yang terkena dampak karena data mereka sudah tersebar. Namun menurut dia, Facebook dapat memberi tahu para penggunananya yang bocor sehingga para pengguna dapat tetap waspada terhadap kemungkinan adanya penipuan yang mengatas namakan data pribadi mereka.
Baca Juga: Moonton Dibeli TikTok, Bagaimana nasib Mobile Legend?
“Orang-orang yang telah mendaftar ke Facebook telah mempercayai perusahaan tersebut dan Facebook seharusnya memperlakukan data pengguna dengan sangat hormat,” kata Gal. “Informasi pribadi yang telah bocor adalah suatu pelanggaran kepercayaan yang sangat besar sehingga harus ditangani sebagai mestinya,” tutup Gal.
(Erwin)