Kamis 12 Desember 2024

Forsspawa Garut Berangkat dari Politik Berhenti di Pakan Ternak

GARUT, FOKUSJabar.id : Forum Silaturahmi Sukawening Pangatikan Wanaraja (Forsspawa) Kabupaten Garut merupakan sebuah komunitas yang keanggotaannya dari berbagai profesi. Mulai dari pedagang, petani, peternak, tukang potong rambut, pelajar hingga aktivis kepemudaan.

Forsspawa dibentuk pada akhir tahun 2017 atau jelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu untuk mendukung salah satu Calon Legislatif (Caleg).

“ Akhir tahun 2017, Forsspawa terbentuk dan dilantik 25 Juni 2019 bertempat di Aula Desa Sukamulya, Kecamatan Pangatikan. Anggotanya dari berbagai profesi (pedagang, petani, peternak, jasa pangkas rambut, pelajar dan aktivis kepemudaan,” kata Ketua Forsspawa, Budi Suryadi.

Kegiatan Forsspawa sambung Budi, tidak hanya terpaku pada kegiatan politik. Tetapi bergerak juga dikegiatan sosial. Yakni memeberikan bantuan kepada terdampak bencana, pendidikan dan pelatihan keterampilan.

Selain kegiatan sosial, pihaknya juga memberikan pelatihan pangkas rambut dan mencetak para Barbershop dan Barbarman  profesional di beberapa Desa yang ada di Kabupaten Garut. Kegiatan lainnya, menggelar pengajian, tablig akbar,  lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat.

” Kami bergerak tak hanya fokus di politik saja, tapi bergerak  juga di bidang keagamaan, sosial, pemberdayaan di bidang lingkungan hidup,” beber Budi saat ditemui di Sekretariatnya di Jalan Sawah Lega, No40, Desa Karangsari, Kecamatan  Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (24/9/2019).

Senada disampaikan Sekretaris Forsspawa, Yudi Yudiansah Herlambang. Berbicara tentang lingkungan hidup, saat ini pihaknya tengah mengolah sampah organik yang didapat dari rumah tangga, rumah makan, Pasar Wanaraja  dan Ciawitali.

Sampah-sampah organik tersebut lanjut Yudi, diolah mengunakan mesin pencacah. Selanjutnya dipermentasikan menjadi bahan pakan unggas dan ikan (Maggot/Larva).

” Maggot tersebut kami olah sebagai bahan pokok campuran pakan unggas dan ikan. Dengan Maggot, masyarakat dapat menghemat 50 persen biaya produksi,” ucap Yudi.

Yudi menyebut, produk Maggot Forsspawa masih untuk warga lingkungan sekitar. Dari luar daerah pun kini sudah banyak yang memesan.

” Kami baru bisa memenuhi pesanan/kebutuhan masyarakat sekitar karena terbentur sarana prasarana dan modal produksi,” ungkapnya.

“ Kami produksi Maggot di atas lahan seluas 500 meter persegi. Dengan begitu, baru mampu mengolah sampah organik 2 ton per hari dengan menghasilkan magot 1,5 kuintal, pakan unggas 3  kuintal,” tambah Yudi.

Kerja keras Forsspawa dengan sebanyak 7 orang pekerja membuahkan hasil. Mereka mewakili Kecamatan Pangatikan dalam kegiatan Hari Krida Pertanian (HKP) ke-47  tingkat  Kabupaten.

” Alhamdulilah, kami juara pertama lomba Inovasi Pertanian tingkat Kabupaten Garut,” pungkas dia.

Kegiatan Forsspawa mulai dilirik berbagai kalangan. Bahkan, sejumlah aktivis lingkungan dan artis ibu kota menggunjunginya. Mereka ingin melihat langsung produksi pembuatan pakan ikan dan unggas.

(Andian/Bam’s)

Berita Terbaru

spot_img