CIAMIS,FOKUSJabar.id: Siang yang tenang di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tiba-tiba berubah mencekam akibat gempa mega trust. Awalnya, suasana kehidupan masyarakat berjalan normal, dengan anak-anak bermain, ibu rumah tangga membersihkan halaman, dan para pekerja menjalankan aktivitas mereka masing-masing. Bahkan, para siswa tengah belajar seperti biasanya.
Namun, ketenangan itu seketika pecah oleh suara sirene yang menandakan terjadinya gempa bumi berkekuatan 7,0 Magnitudo Mega Trust. Guncangan kuat itu mengguncang wilayah Pamarican, menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat.
Baca Juga: BPBD Ciamis Distribusikan Air Bersih ke Sukajaya
Hanya dalam hitungan detik, ratusan bangunan mulai runtuh, termasuk rumah, perkantoran, sekolah, serta berbagai fasilitas umum lainnya. Akibatnya, banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan diri terjebak di bawah reruntuhan bangunan, menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.
Tak hanya bangunan yang roboh, guncangan dahsyat tersebut juga menyebabkan banyak pohon tumbang, yang di antaranya jatuh menimpa kendaraan berpenumpang. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan terjadinya kebakaran rumah. Ini penyebabnya warga yang sedang memasak dan terpaksa meninggalkan tungku api saat gempa terjadi, sehingga api menyulut kebakaran.
Tak lama setelah gempa, tim Relawan Ciamis Selatan (RCS) langsung menuju lokasi untuk melakukan penilaian kerusakan (asesmen). Setelah asesmen selesai, laporan segera RCS kepada pihak berwenang untuk penanganan lebih lanjut.
Namun, kejadian tersebut ternyata merupakan simulasi yang dari Relawan Ciamis Selatan (RCS) dalam rangka memperingati hari ulang tahun RCS yang ke-2.
“Ini adalah simulasi sebagai bagian dari peringatan ulang tahun kedua RCS,” kata Ketua RCS, Suherman, pada Minggu (20/10/2024).
Suherman menjelaskan, simulasi ini bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai cara menghadapi bencana agar dampaknya dapat terminimalisir.
“Kami berharap simulasi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga ketika terjadi bencana sungguhan, korban dapat terminimal karena masyarakat sudah paham bagaimana cara menyelamatkan diri,” tambahnya.
(Husen Maharaja/Irfansyahriza)