TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Puncak peringatan Hari Pendengaran Sedunia (Word Hearing Day) 2024 menjadi momentum untuk senantiasa menjaga kesehatan telinga dan pendengaran.
Dalam memperingati Word Hearing Day 2024, Komite Daerah Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komda PGPKT) Kota Tasikmalaya Jawa Barat (Jabar) mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memelihara dan menjaga kesehatan telinga dan pendengaran.
Ketua Komda PGPKT Kota Tasikmalaya, Farid Wajdi mengatakan, Word Hearing Day setiap tahun diperingati tanggal 3 Maret. Namun secara nasional baru diperingati tanggal 7 Maret 2024.
“Peringati hari pendengaran akan menyadarkan kita semua dalam meningkatkan tentang bagaimana mencegah ketulian dan segala bentuk gangguan pendengaran. Karena, pendengaran adalah aset masa depan kehidupan,” ungkap Farid Wajdi kepada wartawan, Kamis (7/3/2024).
Ia menjelaskan, untuk meningkatkan kepedulian terhadap pendengaran, pihaknya mengadakan sejumlah kegiatan untuk mengedukasi seluruh lapisan masyarakat.
BACA JUGA:
Kota Tasikmalaya Raih Anugerah Sertifikat Adipura
“Tema nasional Word Hearing Day 2024 yakni ubah pola pikir, mari peduli, Tuli dapat ditangani. Kita mengajak masyarakat meluruskan mispersepsi dan pola pikir (stigmatisasi ) terkait gangguan pendengaran,” imbuhnya.
“Di Tasikmalaya, Kami mengadakan penyuluhan kesehatan Telinga bagi ibu-ibu di Masjid Al Hasan, penyuluhan bagi Lansia dengan topik gangguan pendengaran pada usia tua, penyuluhan di rumah sakit SMC Singaparna, penyuluhan ke sekolah-sekolah dan Podcast untuk penyakit-penyakit pendengaran yang bisa dicegah dan disembuhkan,” jelasnya.
Farid Wajdi yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Tasikmalaya menyebut, penyakit ketulian merupakan gangguan atau kecacatan yang tersembunyi (hidden defects). Karena orang yang terkena penyakit ini kelihatan sehat, bugar dannormal tapi tidak mendengar.
“Gangguan ketulian dan pendengaran ini sangat vital bagi keberlangsungan hidup. Sehingga si penderita harus segera melakukan pemeriksaan ke dokter ataupun ke layanan kesehatan lainnya guna dilakukan intervensi untuk ditanggulangi secepatnya,” kata dokter THT tersebut.
Menurutnya, ada 5 gangguan penyakit ketulian (pendengaran) yang bisa dihindari dan disembuhkan. Yakni tuli karena saat kelahiran, radang telinga tengah (RTTN) atau Congek, tuli penyebab bising, tuli karena kotoran telinga dan tuli karena faktor usia.
“Penderita gangguan ketulian dan pendengaran tidak usah risau dan khawartir. Pasalnya, semuanya bisa disembuhkan melalui intervensi dan pengobatan. Segera melakukan pemeriksaan ke layanan kesehatan,” katanya.
BACA JUGA:
Rapat Pleno KPU Tingkat Kota Tasikmalaya, Dijaga Ketat Ratusan Personel Kepolisian
Untuk mengurangi angka ketulian, pihaknya terus bergerak melakukan edukasi, penyuluhan dan ceramah-ceramah ke sejumlah elemen masyarakat. Termasuk ke lingkungan pendidikan (sekolah).
“Hati-hati bagi anak muda sekarang yang sering menggunakan headset, earphone saat memegang Gedgat. Ini bisa mengancam gangguan ketulian dan pendengaran,” paparnya.
“Angka gangguan ketulian dan pendengaran di dunia sekitar 5,3 persen dari jumlah penduduk dunia (360 juta orang) dan setengah penduduk Asia Tenggara. Indonesia menempati urutan 4 setelah Srilangka, Myanmar dan India,” kata Dia.
Ia menambahkan, yang paling banyak gangguan pendengaran yang diderita masyarakat Indonesia yakni congek dan tuli karena tua.
“Kita ajak masyarakat untuk aktif memeriksakan diri ke dokter THT atau ke layanan kesehatan lainnya jika mengalami gejala atau gangguan pendengaran. Dengan begitu dapat segera ditanggulangi secepatnya,” pungkasnya.
(Seda/Anthika Asmara)