Kamis 12 Desember 2024

Budaya Daerah Diambang Kepunahan, Budayawan Minta Jaga Dan Lestarikan

TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Akibat gempuran sejumlah budaya luar yang merajalela masuk ke Indonesia, sejumlah budaya dalam negeri pun mulai terlupakan dan ditinggalkan.

Budayawan dan Seniman Jawa Barat Taufik Faturohman mengatakan, masalah budaya ini harus menjadi perhatian untuk terus di lestarikan dan dibudayakan agar tetap menjadi kebanggaan sebagai anak bangsa.

BACA JUGA: Indo Boxing Tasikmalaya Saluran Ratusan Al-Quran Ke Anak Yatim

“Budaya ini peninggalan nenek moyang kita, jadi wajib kita pelihara dan jaga, walaupun digempur budaya luar, sebagai anak bangsa harus tetap mementingkan budaya bangsa sebagai kearifan lokal yang menunjukkan sebagai ciri khas daerah,”ungkap Taufik Faturohman, dalam kegiatan Ngamumule Karya Budaya di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya Senin (27/11/22).

Acara yang digagas Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya tersebut, menghadirkan sejumlah narasumber seniman dan budayawan yakni M. Taufik Faturohman, Nunu Nazarudin Azhar, Godi Suwarman termasuk pengarang buku Asep.M Tamam.

Taufik menuturkan, masalah terkikisnya bahasa daerah sudah menjadi perbincangan seluruh dunia, termasuk bahasa Sunda yang semakin disisihkan.

“Bahasa daerah ini sudah diambang pintu kepunahan, sehingga perlu kita rawat dan lestarikan, dan bahkan lembaga dunia Unesco sudah menetapkan setiap tanggal 21 Februari sebagai hari bahasa Ibu internasional,”jelasnya.

Ia menambahkan, berdasarkan hasil survei dari lembaga bahasa, jumlah orang yang enggan menggunakan bahasa Sunda sudah mencapai jutaan orang.

BACA JUGA: Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra Minta Peserta Pemilu Paham Aturan

“Dari tahun 2012 hingga 2022 kemarin, jumlah orang yang sudah tidak menggunakan bahasa Sunda mencapai 2 juta orang lebih, ini kurung waktu 10 tahun terakhir, jika mulai sekarang tidak dibudayakan, akan punah,”paparnya.

Lebih lanjut Taufik Faturohman menambahkan, saat ini bahasa daerah di negara Indonesia tinggal 718 sebagiannya sudah mati karena tidak digunakan.

“Kita minta seluruh lembaga pemerintah maupun swasta, harus benar-benar memperhatikan ancaman punahnya bahasa daerah ini, mulia sekarang harus digalakkan budaya berbahasa daerah (bahasa Ibu) dalam setiap kesempatan, kita harus pelihara dan mencintai budaya kearifan lokal ini,”imbuhnya.

Sementara Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya M. Alam Maulana mengatakan, Bank Indonesia terus berkomitmen dalam mendukung dan melestarikan budaya Indonesia khususnya budaya Sunda Priangan Timur.

“BI terus mendukung program kebudayaan terutama Wastra dan kriya khas Priangan Timur seperti batik Sukapura, kerajinan mendong, kita melakukan pendampingan, sehingga kelestarian budaya ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,”ungkap Alam Maulana.

Ia pun menuturkan, setiap tahun BI secara rutin menggelar Pagelaran Kreasi Priangan Timur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan UMKM yang berbasis kearifan lokal berkaitan erat dengan budaya daerah.

“Wilayah Priangan Timur sungguh kaya dengan potensi budaya, baik bahasa daerah maupun Wastra seperti batiknya yang terus kita dorong sebagai upaya pelestarian budaya batik Priangan yang menjadi ciri khas daerah,”tandasnya.

(Seda/Anthika Asmara)

Berita Terbaru

spot_img