BANDUNG,FOKUSJabar.id: Bitcoin diperkirakan bakal terus menguat dalam jangka panjang, meski Harga token kripto terpopuler itu terus turun belakangan ini.
Harga Bitcoin Sempat mendekati US$70 ribu/BTC pada awal November tahun lalu kini Bitcoin merosot US$ 40ribu/BTC. Artinya, token kripto ini sudah ambles hampir 42%.
Salah satu alasannya harga Bitcoin bakalan naik adalah suplai yang semakin terbatas dan adopsi atau penggunaan koin ini yang terus meningkat.
BACA JUGA: Bitcoin Cs Anjlok gegara The Fed Mau Naikkan Suku Bunga
Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin yang sudah tersirkulasi di pasar mencapai 18,93 juta.
Pada awal diluncurkan, sang inventor yaitu Satoshi Nakamoto mengatakan suplai Bitcoin hanya dibatasi sampai 21 juta saja. Artinya hingga saat ini masih ada sisa 2,07 juta keping yang bisa ‘ditambang’.
Dulu saat awal-awal diluncurkan pada akhir 2008, sekeping koin digital ini masih bernilai US$ 0 alias tak berharga. Setahun berselang sang inventor berhasil menambang kurang lebih 1 juta keping. Jika dijumlahkan secara total ada kurang lebih 1,3 juta Bitcoin pada Oktober 2009 menurut catatan Statista.
Jika dalam kurun waktu 12 tahun suplai Bitcoin naik dari 1,3 juta menjadi hampir 19 juta, artinya setiap tahunnya produksi koin ini mencapai hampir 1,5 juta per tahun.
Jika menggunakan angka ini, maka waktu yang dibutuhkan untuk menambang Bitcoin tersisa kurang dari 2 tahun lagi. Itu berarti sebelum tahun 2024 semua Bitcoin telah berhasil ditambang.
Melannsir CNBC, Bitcoin hanya bisa diproduksi lewat proses yang disebut mining alias menambang. Secara sederhana, aktivitas menambang Bitcoin merupakan proses audit untuk memvalidasi suatu transaksi koin ini.
Bagi yang sukses melakukan ‘audit’ tersebut, maka akan diberikan reward berupa sejumlah Bitcoin.
Setiap 4 tahun jumlah block yang harus ditambang mencapai 210.000 block. Artinya setiap tahun ada 52.500 block yang ditambang.
Di tahun 2009, untuk setiap 1 block yang berhasil ditambang akan diberi hadiah 50 Bitcoin. Namun menariknya hadiah tersebut akan terus menyusut menjadi setengahnya setiap 4 tahun. Artinya pada 2012, setiap 1 block yang berhasil ditambang hanya akan menghasilkan 25 Bitcoin.
Kemudian pada 2016 hadiahnya turun lagi menjadi 12,5 Bitcoin dan terakhir pada 2020 menjadi 6,25 Bitcoin. Dengan semakin banyaknya transaksi maka proses menambang menjadi lebih kompleks, reward yang dihasilkan pun secara jumlah terus menurun di saat permintaan terhadap koin ini naik. Inilah yang membuat harga token kripto pertama ini melesat tinggi.
Jika dalam satu tahun ada 52.500 block yang berhasil ditambang dan imbalannya adalah 6,25 Bitcoin, maka dalam satu tahun produksi koin ini mencapai 328.125. Sebagai gambaran di sepanjang tahun 2021 ada sekitar 320.000 BTC yang diproduksi. Angkanya tidak jauh berbeda.
Dengan menggunakan asumsi tersebut dan reward Bitcoin akan turun setengahnya setiap 4 tahun, maka seluruh koin ini yang jumlahnya mencapai 21 juta baru akan habis ditambang 12,6 tahun lagi atau tepatnya pada awal Juli 2034.
Jika menggunakan perhitungan Stock to Flow Ratio, maka waktu yang dibutuhkan untuk menambang koin ini hingga mencapai jumlah pasokan sekarang ini butuh 57,7 tahun. Wow! Ini didapat dari membagi stock atau jumlah koin ini yang tersirkulasi saat ini (18,93 juta) dengan tingkat produksi per tahun (0,38 juta).
Rasio Stock to Flow sebenarnya juga bisa digunakan untuk memvaluasi Bitcoin. Model valuasi ini dicetuskan oleh seorang dengan identitas PlanB. Dengan mengasumsikan koin ini layaknya emas digital dan digunakan untuk store of value dengan suplai terbatas, maka suplai yang semakin langka akan membuat harga terus naik.
Berikut ini adalah rumus untuk menentukan harga Bitcoin saat ini berdasarkan valuasi Stock to Flow :
Harga Bitcoin = exp(-1,84) x Stock to Flow3.36
Dengan memasukkan angka stock to flow yang sudah diperoleh, maka pada 2024 harga Bitcoin bisa mencapai US$ 155.541/BTC. Jika terus dilanjutkan maka pada saat koin ini habis ditambang harganya bisa mencapai US$ 201.394.956/BTC. Jangan kaget! Memang sampai ratusan juta dolar AS!
Tahun | Suplai BTC | Sisa BTC | Produksi BTC | Prod. BTC/Tahun | SF (Tahun) | Harga (US$) |
2024 | 19,909,443 | 1,090,557 | 984,375 | 328,125 | 61 | 155,541 |
2028 | 20,565,693 | 434,307 | 656,250 | 164,063 | 125 | 1,780,855 |
2032 | 20,893,818 | 106,182 | 328,125 | 82,031 | 255 | 19,283,570 |
2034 | 21,000,048 | 0 | 106,230 | 41,016 | 512 | 201,394,956 |
Jika menggunakan asumsi kurs saat ini di Rp 14.300 maka nilainya akan setara dengan Rp 2,88 triliun/BTC. Namun tentu saja rupiah tidak akan stagnan di level tersebut.
Jika diasumsikan rupiah cenderung terdepresiasi terhadap greenback dengan laju mengikuti target inflasi 2% per tahun (compounding) maka nilai rupiah pada 2034 berada di Rp 18.175/US$, maka nilai satu keping Bitcoin bisa mencapai Rp 3,66 triliun. Fantastis memang.
Namun yang perlu menjadi catatan adalah model valuasi tersebut tentu memiliki banyak kekurangan mengingat volatilitas yang tinggi cenderung membuat koin ini kurang cocok untuk menjadi store of value menggantikan emas dan logam mulia lain.
Lagipula saat ini Bitcoin cs juga terus mendapat gempuran dari regulator terutama bank sentral global yang menganggapnya sebagai ancaman bagi sistem moneter yang sudah terbentuk lama.
(Agung)