BANDUNG,FOKUSJabar.id: Saat ini, ngopi atau minum kopi sudah menjadi bagian dari sebuah gaya hidup. Tak hanya menjadi monopoli kaum pria, khususnya orang tua, tapi juga kaum wanita dan generasi muda.
Untuk bisa merasakan kenikmatan ngopi, tidak bisa terlepas dari kualitas maupun jenis kopi yang diminum. Kualitas hingga jenis kopi ini pun ditentukan berbagai hal mulai dari lokasi tanam, cuaca, hingga berbagai proses setelah panen.
Barista Traineer sekaligus coffee enthusiast Okky Tryana mengatakan, secara umum, terdapat dua jenis kopi yakni robusta dan arabika. Kedua jenis tersebut pun memiliki berbagai perbedaan yang cukup mencolok.
“Dari sisi kandungan kafein, robusta punya kandungan yang lebih tinggi kafeinnya dibanding arabika. Kemudian dari lokasi kebun, robusta biasanya ditanam dilokasi dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl sedangkan arabika diatas 1000 mdpl,” kata Okky saat ditemui di KOZI, Jalan Dipatiukur Kota Bandung, Selasa (13/10/2020).
BACA JUGA: 5 Mobil Bekas Berharga Jual Tinggi Yang Masih Banyak Dicari
Selain itu, lanjut dia, arabika lebih kaya dari sisi rasa dibandingkan robusta yang lebih sederhana. Begitu pula dari sisi varietas, arabika pun memiliki varietas lebih banyak dibandingkan robusta.
“Kalau dilihat dari bentuk biji kopi, robusta cenderung lebih bulat dibanding arabika. Lalu garis di biji kopi arabika lebih zigzag dibanding robusta yang lebih lurus. Dari sisi cost atau harga, arabika lebih mahal dibandingkan robusta,” kata dia.
Dari dua jenis kopi ini, lanjut dia, kualitasnya bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. Kualitas kopi yang baik ini bisa dilihat dari segi fisik sejak selesai dipetik.
Mulai dari bagaimana kondisi fisik green bean atau kopi mentah pasca panen, bagaimana kadar airnya, hingga kondisi dari biji tersebut. Termasuk buah kopi atau cerry yang dipetik oleh petani saat panen, apakah sudah benar-benar merah atau belum?
“Biasanya, kualitas buah kopi atau cerry yang baik itu adalah panen ke-3 atau ke-4,” Okky mengatakan.
Pasca cerry dipetik atau panen, lanjut Okky, terdapat juga proses lain dalam mengolah kopi menjadi minuman berkualitas. Seperti pulping atau pengelupasan kulit buah hingga proses pencucian (wash).
Dalam pengolahan pasca panen tersebut, setidaknya ada empat proses. Mulai dari full wash, semi wash, natural, hingga honey process.
“Empat proses tersebut akan menghasilkan jenis rasa yang berbeda dari kopi,” kata dia.
Setelah selesai dikupas, dicuci dan dikeringkan, proses biji kopi menjadi kopi berkualitas dengan rasa yang nikmat pun belum selesai. Masih ada tahapan lain yang harus dijalani.
Tahapan tersebut yakni roasting atau proses pemanggangan biji kopi mentah. Okky mengatakan, secara umum, roasting terdapat tiga jenis yakni light roasting, medium roasting, serta dark roasting.
“Dari tiga jenis itu, roasting mana yang dilakukan tergantung dari kebutuhan akan kopi yang dihasilkan. Misal untuk espresso akan menggunakan proses medium-dark roast, sedangkan untuk manual brew menggunakan proses medium roast,” Okky menambahkan.
BACA JUGA: No Bra Day pada 13 Oktober, Ini Manfaatnya
Selain proses wash dan roasting, cita rasa kopi dipengaruhi beberapa faktor lain seperti tanah, ketinggian atau altitude, tekanan udara, hingga cuaca. Beberapa hal tersebut akan memberikan cita rasa dan karakter kopi yang berbeda sesuai dengan kondisi daerah.
Hal tersebut lah yang kemudian melahirkan beberapa jenis kopi terbaik di daerah nya atau kopi yang dihasilkan di daerah tertentu, termasuk di Indonesia. Seperti kopi gayo dan toraja yang terkenal karena ketebalan rasa atau karakter rasa yang kuat, sedangkan west java coffee dikenal dengan rasa citrus atau tingkat keasaman.
“Jadi sebelum kopi dihidangkan di cup oleh seorang barista kepada kita, banyak hal yang harus dilalui untuk memastikan jenis, kualitas hingga rasa dari kopi tersebut,” kata Okky.
Nah, sudah siap untuk ngopi dan menentukan kopi apa yang akan dinikmati. Lets ngopi!!!
(Ageng)