PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Seorang warga di Desa Karangsari Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat (Jabar), Usup sudah enam tahun menggeluti usaha pembuatan layang-layang siang malam.
Jenis layang-layang yang dia produksi layangan bokongan, layangan manuk dan layangan tahu.
BACA JUGA:
Rumah Goloyor Garut: Layang-layang adalah Budaya Leluhur
Usup juga selaku Ketua Badan Pengawas Desa (BPD) Karangsari. Selepas pulang dari kantor desa, ia mulai disibukkan dengan membuat layang-layang.
Terlebih memasuki panen raya, biasanya pesanan layang-layang mulai menumpuk.
Layang-layang yang ia buat terbilang rumit dan butuh ketekunan. Bagaimana tidak, dalam kurun 2 hari ia hanya mampu memproduksi satu buah layang-layang.
Karena memang proses pengahulusan rangka yang terbuat dari bambu harus benar-benar penuh kesabaran.
Menurutnya, membuat layang-layang untuk siang tidak begitu sulit. Namun layang-layang untuk malam itu yang cukup rumit.
“Karena butuh keseimbangan, perlu bambu pilihan atau bambu tertentu untuk layang-layang itu,” katanya.
Menghadapi musim panen ini, Usup mengaku sudah membuat 70 buah layang-layang dan kemungkinan akan terus bertambah.
Usup mengatakan, hasil karyanya sudah terjual ke berbagi wilayah bahkan ke luar pulau Jawa.
“Ada yang beli dari Sumatera dan Lamongan, karena kita jual layang-layang siang malam secara online,” kata Usup.
BACA JUGA:
Pondok Wisata layang-layang Pangandaran Dibanderol Mulai Rp500 Ribu
Usup menjual dengan harga terjangkau. Tapi Jika layangan itu bagus, harganya bisa mencapai Rp2 juta per buah.
Sebetulnya kata dia, modalnya tidak terlalu besar, akan tetapi yang mahal itu ilmunya karena butuh ketelitian dan kesabaran.
Melihat antusias pencinta layang-layang cukup bagus, Usup membuat komunitas layang-layang.
“Alhamdulillah beberapa waktu lalu komunitas saya sudah masuk Dinas Pariwisata. Sehingga ada rencana bulan November nanti akan diadakan gebyar layang-layang se-Kabupaten,” jelasnya.
Dengan diselenggarakanya acara tersebut, Usup berharap pangandaran bisa lebih terkenal.
“Apalagi kan ada visi dan misi bahwa pangandaran itu menjadi wisata dunia,” katanya.
(Sajidin/Bambang Fouristian)