BANDUNG,FOKUSJabar.id: Uni Eropa (UE) resmi melarang penggunaan ribuan bahan kimia dalam tinta pewarna tato yang dimulai pada hari Selasa (4/1/2022).
Blok 27 negara Eropa itu menetapkan larangan dengan alasan untuk mengurangi masalah kesehatan yang timbul dari tato.
Namun, larangan tersebut dikeluhkan oleh para seniman tato atau tattoo artis, yang khawatir bisnis mereka terganggu karena kesulitan mencari pengganti tinta yang biasanya digunakan.
Reuters memberitakan, peraturan yang membatasi bahan dalam pembuatan tinta ini telah disepakati pada Desember 2020, tapi UE memberikan industri waktu satu tahun untuk mempersiapkan dan memperoleh alternatif tinta.
BACA JUGA: Model Ini Dijuluki Ratu Alien, Tato Bola Mata dan Lancipkan Telinga
Untuk dua warna pembuatan yang paling umum, yaitu warna hijau dan biru diberikan waktu tenggat lebih lama, yaitu hingga tahun depan untuk memperoleh pengganti, yang saat ini belum ada alternatif yang tersedia.
Seorang seniman tato bernama Tin-Tin, yang mengepalai serikat industri tato Prancis SNAT, menyamakan larangan UE ini seperti mengambil tepung dari toko roti, yang dalam pembuatan tato seperti mengambil tinta sehingga tidak ada tato yang bisa dibuat.
Gwenaelle Reaume, sekretaris asosiasi tato di Belgi, telah meminta pemerintah agar diberikan lebih banyak waktu untuk memperoleh alternatif. Dia menyampaikan bahwa COVID-19 membuat riset dan produksi untuk pengganti terhambat.
Reaume menyampaikan, studio miliknya telah memesan tinta dari pemasok baru yang disetujui tepat waktu, tapi dia memberitahu banyak seniman lainnya yang kesulitan memperoleh pengganti yang sesuai aturan baru UE.
BBC memberitakan, peraturan yang disepakati UE itu mencakup larangan hingga 4 ribu bahan kimia, termasuk alkohol isopropanol. UE menyampaikan saat ini sudah ada penggantinya yang jauh lebih aman.
Badan Kimia Eropa, yang berperan dalam membuat rancangan aturan ini, mengklaim tinta berbahaya bagi kesehatan. Tinta dapat menyebabkan alergi kulit dan dampak yang lebih serius lainnya, seperti mutasi genetik dan kanker.
Karena adanya dampak terhadap kesehatan, UE menyampaikan aturan baru ini akan membuat industri lebih aman, bukan untuk melarang tato.
Filippo Di Caprio, ahli tato di Belgia, meminta bukti klaim adanya masalah dalam tinta tato. Dia mengaku belum pernah melihat adanya alergi serius setelah tato dibuat.
Karena adanya larangan yang memengaruhi tinta, sebuah petisi telah diluncurkan untuk menentang larangan dengan alasan tidak didukung bukti yang kuat dari ilmu pengetahuan. Petisi ini dilaporkan telah mengumpulkan setidaknya 176 ribu tanda tangan, sebagaimana dilaporkan AP.
Erich Maehnert, salah satu penyelenggara petisi, khawatir larangan itu dapat membuat orang menggunakan cara ilegal untuk memperoleh produk tinta yang sesuai.
Maehnert juga menyampaikan, larangan menyulitkan industri kecil, sementara industri tembakau dan alkohol memiliki kendali yang lebih besar.
Menurut UE, ada sekitar 12 persen populasi Eropa yang memiliki tato. Jumlah itu diperkirakan dua kali lipat pada kelompok usia 18-35 tahun. Di Jerman diperkirakan satu dari lima orang memiliki tato, sementara di Belgia diyakini ada 500 ribu baru dibuat setiap tahun.
(Agung)