BANDUNG,FOKUSJabar.id: Soda Ash (soda abu) adalah suatu komponen dasar kimia yang sangat dibutuhkan dalam beberapa industri seperti deterjen dan turunannya, serta lembar kaca dan juga turunannya.
Presiden Direktur (Presdir) PT Kaltim Parna Industri Hari Supriyadi mengatakan bahwa hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri soda ash. Saat ini masih impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Demikian disampaikan Hari menyusul soda ash adalah komponen dasar kimia yang sangat dibutuhkan dalam beberapa industri, seperti deteren dan turunannya, serta lembar kaca dan turunannya.
“Padahal bahan baku cukup melimpah di Indonesia. Kebutuhan akan soda ash ini mencapai 1,2 juta ton per tahun, dan akan terus meningkat,” kata Hari saat konferensi pers melalui zoom, Sabtu (10/7/2021).
Tidak hanya itu, baterai dari mobil listrik pun membutuhkan soda ash sebagai bahan bakunya.Untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat akan perlunya pembangunan industri soda ash di dalam negeri, PT Kaltim Parna Industri bekerjasama dengan Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, menggelar Kompetisi Esai Nasional bertajuk ‘Industri Soda Ash di Indonesia’.
BACA JUGA: Indonesia Perlu Industri Kimia
Selain sebagai wadah sosialisasi industri soda ash dan manfaatnya, pihaknya berharap melalui kegiatan itu bisa mendorong pembangunan industri di dalam negeri.
“Kami berharap ini bisa mendorong pembangunan industri di dalam negeri yang akhirnya bisa membantu meningatkan ketahanan industri kimia nasional,” kata dia.
Tentunya semua itu memerlukan masukan dari akademisi dan praktisi industri Indonesia untuk bagaimana dapat memiliki industri yang saat ini belum ada di Indonesia.
“Kami sangat menghargai dukungan ITB, Kemenperin, Persatuan Insinyur Indonesia dan para peserta lomba esai yang mayoritas dari kalangan milenial. Kami berharap ini bisa menyulut semangat yang lebih besar untuk menjadikan bangsa kita independen,” kata Hari.
Ketua Umum Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia Tirto Prakoso Brodjonegoro mengatakan, acara yang digelar sejak 8 Mei 2021 lalu berhasil menarik 217 peserta, baik individu maupun kelompok, dari berbagai kalangan.
“Dari 82 esai yang terseleksi, terpilih lima finalis yang akan merebutkan hadiah Rp100 juta,” kata Tirto.
Lima esai yang menjadi finalis adalah:
1.Optimis Membangun Jembatan Devisa Melalui Industri Soda Ash sebagai Langkah Awal Kebangkitan Ekonomi Nasional oleh Apridah Cameliawati Djohan, Biro Organisasi dan SDM, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
2.Teknologi Karbonasi sebagai Langkah Awal Swasembada Soda Abu di Indonesia dari Emisi Gas Buang Bahan Bakar Fosil, oleh Bangkit Dana Setiawan, Pratitis Mega Adinata, Vicky Wijaya dari Chandra Asri Petrochemical
3.Menakar Penerapan Proses Modified Solvay (MS) untuk Kemandirian Industri Soda Ash Indonesia oleh Fauzi Yusupandi, dari Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung
4.Industri Soda ash: Menjawab Kebutuhan Indonesia dari Kacamata Kimia, Industri, dan Ekonomi, oleh Muhammad Taruna Aldiramadan, dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
5.Industri Soda Ash di Indonesia, Haruskah Ada? oleh Siska Mutiara, dari Program Pasca Sarjana Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung
(LIN)