Rabu 11 Desember 2024

Tolak RUU HIP Pensiunan Pepabri Turun ke Jalan

BANJAR, FOKUSJabar.id: Salah seorang dari Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pepabri) Khadijan mengikuti aksi penolakan Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) di Kota Banjar, Sabtu (27/6/2020). 

Menurut dia, Pepabri adalah kekuatan yang ampuh dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tidak boleh apatis dan harus berperan demi keutuhan NKRI. Pepabri bersama komponen Bangsa menolak keras tentang RUU HIP dan Komunisme.

“Saya sudah 39 tahun pensiun dari Pepabri Angkatan Darat, tetapi saya tetap membela NKRI dan menolak keras RUU HIP. Bagi saya NKRI Harga Mati,” kata dia sembari mengikuti seruan takbir orator dalam aksi penolakan RUU HIP.

Pihaknya bersama Forum Umat Islam dan masyarakat Kota Banjar sangat mendukung pembatalan RUU HIP. Rakyat Indonesia harus bersama umat muslim bersatu.

BACA JUGA: Hasan Janji Berikan Beasiswa Yatim Piatu Pepabri

“Seperti bunyi sila ketiga Pancasila, yakni persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia untuk RUU HIP dibatalkan bukan ditunda,” kata Khadijan. 

Sementara itu, Sekertaris Aksi Forum Umat Islam dan Masyarakat Kota Banjar Anton mengatakan bahwa aksi yang dilakukan untuk menolak RUU HIP dan Ideologi Komunisme. Karena, kata dia, upaya mengubah Pancasila menjadi Trisila adalah bentuk makar atau usaha menyerang dan membunuh orang. 

“Mengubah dasar negara adalah makar. Bagi kami, sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa ada lah dasar kami dalam bernegara,” kata Anton. 

Seluruh elemen masyarakat, mulai dari pengusaha, tokoh utama, profesional, budayawan, santri, pendekar, hingga ibu-ibu pengajuan di Kota Banjar turun ke jalan menolak RUU HIP. 

“Kami menyatakan sikap menolak RUU HIP, deklarasi ini akan kami jadikan banner dan dipasang di seluruh wilayah di Kota Banjar,” kata dia. 

Menurut dia, faham komunis itu berbahaya, terlebih tidak mengenal agama dan menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan. Sejarah mencatat bahkan di negara asalnya untuk tumbuh dan berkembang harus memakan jutaan korban. 

“Dengan ketuhanan yang berkebudayaan kita khawatir nanti muncul revolusi budaya juga di Indonesia,” kata Anton. 

(Budiana/LIN)

Berita Terbaru

spot_img