TASIKMALAYA, FOKUSJabar.id: Kasus DBD di Kota Tasikmalaya masuk dalam fase kritis, melebih kasus Covid-19.
Dari Januari sampai akhir bulan Juni 2020, kasus DBD meningkat signifikan (673 kasus) hingga merenggut nyawa 16 orang, 11 diantaranya Balita.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Nining Suryaningsih mengatakan, kasus DBD meningkat signifikan jika dibandingkan tiga tahun terakhir.
“Kasus DBD di Kota Tasikmalaya sudah masuk fase kritis dan bisa dikategorikan pra-Kejadian Luar Biasa (KLB), mencapai 673 kasus. Berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) sudah lebih dari 50 persen,” ungkap Nining di Kantornya, Kamis (25/06/2020).
BACA JUGA: Balonbup Tasikmalaya dari Partai Demokrat Didominasi Eksternal
Pihaknya terus berupaya melakukan langkah-langkah agar kasusnya tidak semakin meningkat.
Pihaknya terus melakukan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya melakukan pencegahan. Diantaranya, menggerakkan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), gerakan satu rumah satu jentik, mengingatkan program 3 M (Menutup, Menguras dan Mengubur) dan yang paling penting yakni membangkitkan kembali semangat warga untuk melakukan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal dari genangan air.
“PHBS, PSN, gerakan satu rumah satu jentik serta 3M merupakan upaya yang tepat untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk Aedis Agepty yang menyebabkan demam berdarah dengue (DBD),” tegasnya.
Menurut dia, dari 10 Kecamatan yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya, kasus DBD yang paling banyak yakni ada di Kecamatan Kawalu, Cihideung dan Kecamatan Purbaratu.
“Kita terus berkoordinasi dengan aparat setempat. Mulai dari Camat, lurah termasuk tenaga kesehatan Puskesmas setempat agar lebih meningkatkan lagi perannya dalam melakukan edukasi ke masyarakat tentang pentingnya melakukan PHBS supaya kasus DBD di Kota Tasikmalaya dapat ditekan,” ujar Nining.
Dia menjelaskan, terdapat tiga fase penderita DBD . Yakni, fase demam tinggi, kritis dan fase pemulihan. Setiap fase membutuhkan rentan waktu dalam prosesnya serta menyakinkan pasien harus dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
“Penderita DBD sebetulnya dapat disembuhkan jika penanganannya cepat. Untuk masyarakat yang mengalami gejala-gejala tersebut, segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan kesehatan agar tidak terlambat,” pungkasnya.
(Seda/Bam’s)