- Tahap disrupsi
Seseorang akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian.
Berbagai informasi yang beredar pun membuat hidup semakin mencekam. Bahkan tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi yang kemudian diikuti perubahan pol makan dan tidur.
BACA JUGA: Dinkes Koreksi Pernyataan Wali Kota Bandung Soal 10 Pasien Positif Covid-19
“Penyakit kronis yang sudah lama dialami mulai kembali tidak stabil, termasuk gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami,” kata Leonardi, Rabu (13/5/2020).
- Tahap kebingungan dan ketidakpastian
Seorang dokter di RS Pondok Indah Bintaro Jaya berpendapat, pada tahap ini individu merasa lelah secara mental karena tak ada kepastian, sumber penghasilan pun jadi terhambat.
Selain itu, kualitas hidup jadi menurun, begitu pula daya beli. Barang-barang jadi langka. Rencana sederhana yang dulu bisa mudah dilakukan jadi angan-angan belaka.
“Situasi kecemasan ini dapat meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awalnya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran”.
- Tahap mulai menerima standar normal yang baru
Jika dua tahap sebelumnya telah dilampaui, seseorang mulai bisa menerima kondisi dan terbiasa dengan perubahan kebiasaan dan pola hidup.
Gaya hidup berdiam diri di rumah jadi hal lazim. Seseorang jadi selektif dalam berbelanja dan memanfaatkan teknologi agar bisa memenuhi kebutuhan dari dalam rumah.
Aktivitas dasar di dalam rumah serta minuman tradisional untuk menjaga kesehatan menjadi pilihan. Orang semakin mengoptimalkan teknologi untuk bekerja secara virtual.Pada tahap ini, rasa kebersamaan dan senasib sepenanggungan juga timbul.