JAKARTA, FOKUSJabar.id: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG) memastikan jika erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak berpotensi tsunami. Seperti diketahui, Gunung Anak Krakatau kembali mengalami letusan pada Jumat (1/4/2020) malam hingga Sabtu (11/4/2020) pagi.
Dikutip dari kompas.com, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menuturkan, tidak ada anomali perubahan muka laut berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG sejak Jumat (10/4/2020) pukul 21.00 WIB hingga Sabtu (11/4/2020) pukul 06.00 WIB.
BACA JUGA: PBM di Rumah Diperpanjang Hingga 27 April
Pemantauan pertama yakni Monitoring Tide Gauge yang dilakukan di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen dan Marina Jambu. Sementara pemantauan kedua adalah Monitoring Radar Osean Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten.
“Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB pada Jumat malam, tidak memicu terjadinya tsunami.
Alhamdulillah,” ujar Daryono.
Meskipun demikian, guncangan gempa vulkanik tetap tercatat beberapa kali terjadi meski dalam kekuatan yang rendah. “Ada, hanya lebih kecil daripada yang 22 Desember 2018 dulu,” tambahnya.
Berdasarkan keterangan resmi BMKG di laman resminya, gempa terekam sensor seismik mereka pada pukul 22.59 WIB. Gempa ini bermagnitudo 2,4 dan terjadi di kedalaman 13 kilometer dengan episentrum gempa di 70 kilometer selatan baratdaya Gunung Anak Krakatau.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo menyebut kolom abu yang terbentuk dari letusan pertama setinggi 500 meter. Namun, aktivitas vulkanik Anak Krakatau kali ini tidak menimbulkan gelombang tinggi tsunami seperti erupsi di akhir 2018.
(ars)