TURIN, FOKUSJabar.id: Pascaditetapkannya bek Juventus, Daniele Rugani positif terinfeksi virus Corona (Covid-19), Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) mengajukan tiga wacana untuk dipertimbangkan jika Seri A musim ini terpaksa tidak dilanjutkan. Salah satu wacana yang diajukan FIGC adalah memberi gelar juara kepada Juventus yang saat ini menjadi pemuncak klasemen Serie A Italia.
Dilansir kompas.com, wacana tersebut diajukan Presiden FIGC, Gabriele Gravina, setelah bertemu dengan Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) dan Pemerintah Italia, Selasa (10/3/2020). Dari hasil pertemuan tersebut, tidak hanya Serie A yang ditunda namun semua event olahraga di Italia, sampai 3 April mendatang.
Keputusan tersebut membuat FIGC ragu Seria A akan selesai tepat pada 24 Mei 2020 dan jika harus diperpanjang sampai 31 Mei. Keraguan FIGC didasari masih adanya empat laga tunda Liga Italia dan Coppa Italia yang belum rampung.
Di sisi lain, Italia pun harus mempersiapkan diri menjadi tuan rumah pembukaan Piala Eropa atau Euro 2020 pada 12 Juni mendatang. Sehingga Serie A Italia harus selesai pada akhir Mei 2020.
Gabriele Gravina pun memberi tiga opsi jika pada akhirnya Serie A tidak bisa dilanjutkan. Opsi pertama, juara Serie A musim ini menjadi milik Juventus sesuai dengan klasemen sebelum kompetisi dihentikan. Hingga pekan ke-26, Juventus memimpin dengan koleksi 63 poin diikuti Lazio (62) dan Inter Milan (54) yang baru bermain 25 kali.
Hentikan sepak bola sekarang! Tunggu apalagi? Hentikan sekarang juga!
Opsi kedua, Serie A berakhir tanpa pemenang sehingga tim yang lolos ke kompetisi Eropa diserahkan kepada UEFA. Dan opsi terakhir, penentuan tim juara akan ditentukan melalui babak play-off begitu juga dengan tim yang akan terdegradasi ke Serie B.
“Presiden Gravina mengajukan tiga wacana jika Serie A tidak bisa berlanjut karena keadaan darurat virus corona. Tiga wacana itu tidak ada urutan prioritas karena masih akan dirapatkan lagi pada 23 Maret mendatang,” bunyi pernyataan FIGC seperti dikutip Football Italia.
Terkait penghentian kompetisi sempat diungkapkan Presiden Asosiasi Pesepakbola Italia (AIC) Damiano Tommasi. Melalui akun twitternya, Damiano Tommasi sempat meminta UEFA menunda jadwal Euro 2020 karena kompetisi di negaranya kacau termasuk menuntut penghentian kompetisi Liga Italia.
“Hentikan sepak bola sekarang! Tunggu apalagi? Hentikan sekarang juga!” kicau Tommasi.
Pernyataan Tommasi pun didukung mantan penyerang Timnas Italia yang membela Brescia, Mario Balotelli. Mario Balotelli setuju untuk menghentikan kompetisi terkait virus corona yang melanda Italia.
Baca Juga : Babak 16 Besar Liga Champion, Leipzig Kubur Mimpi Mourinho
“Saya setuju dengan Anda 100 persen. Uang tidak sebanding dengan kesehatan kita. Jangan menulis sampah kepada saya seperti: Tapi Anda terlindungi! Apa bedanya jika Anda bermain atau tidak? Tidak ada yang terjadi pada Anda di balik pintu tertutup! Jangan mengambil satu-satunya kesenangan yang dimiliki orang di akhir pekan zona merah!,” tulis Balotelli melalui Instagram story-nya.
Selain itu, Balotelli mengaku tidak bisa bertemu dengan anak-anaknya karena wabah corona melalui unggahan Instagram story miliknya.
“Saya sudah tidak bisa melihat anak-anak saya karena virus corona terkutuk ini, karena seperti yang Anda tahu mereka tidak tinggal di Lombardy, jadi itu sudah menyebalkan dan sedih.” Wilayah Lombardy merupakan salah satu zona merah di Italia terkait wabah virus corona.
Sebagai informasi, Liga Italia pernah satu kali menentukan tim juara lewat laga play-off pada musim 1963-1964. Laga play-off harus dilakukan karena Bologna dan Inter Milan menyelesaikan Liga Italia dengan koleksi poin yang sama, 54. Bologna akhirnya keluar sebagai juara setelah mengalahkan Inter Milan 2-0 pada laga play-off yang digelar di tempat netral, Kota Roma, 7 Juni 1964.
Italia merupakan pusat penyebaran virus corona di Eropa dan memiliki kasus wabah corona terbanyak ketiga di dunia setelah China dan Korea Selatan. Sejauh ini, kasus positif virus corona di Italia terus melonjak hingga mencapai 12.462 kasus dengan jumlah kematian 827 orang. Jumlah kasus tersebut bertambah setelah Badan Perlindungan Sipil Italia melaporkan 2.313 pasien baru pada Rabu (11/3/2020) waktu setempat.
(ars)