BANDUNG, FOKUSJabar.id: Dari angka penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang mencapai angka 5.221 di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung pada tahun 2019, didominasi oleh usia produktif.
Faktor utama penyebabnya, stres atau mengalami permasalahan pribadi yang ditimbun. Dan banyak ditemukan ODGJ yang sudah masuk kategori berat.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani usai acara launching Asmara Sejiwa (Atasi Bersama Sehat Jiwa), di UPT Pukesmas Babakansari Kota Bandung Jawa Barat, Rabu (19/2/2020).
“Untuk yang sudah masuk ODGJ berat itu selain yang kerap kita lihat di jalan juga diderita oleh mereka yang berada di rumah. Itulah yang sedang kami tekan untuk diatasi bersama, terlebih dengan pihak keluarga,” ucapnya.
Menurutnya, penderita ODGJ berat dalam pengobatannya tidak hanya dituntaskan dengan selalu minum obat. Pasalnya, obat termasuk salah satu yang harus terus menerus dikonsumsi. Namun, yang terpenting yakni semuanya harus terlibat.
“Kita sebagai masyarakat pun harus ikut membantu. Disamping itu juga kami berikan jargon ‘sehat jiwa bersama keluarga’ karena keluarga yang dominan. Tanpa dukungan dari keluarga, walaupun minum obat, sesudah minum obat terus ngapain? Mungkin dengan minum obat dia terkendali dari ngamuknya, tapi sesudah itu diberikan keterampilan-keterampilan, dukungan dan penghargaan. Itulah yang membuat salah satu percepatan penyembuhan penderita ODGJ,” terangnya.
Lebih lanjut Rosye mengatakan, kalau misal orang gangguan jiwa berat dirawat. Maka selanjutnya ada tidak orang yang menerima? Karena itu lewat terapi dengan melibatkan masyarakat bisa sangat membantu penyembuhan.
“Contoh seperti yang sudah dijalankan, yakni salah satunya dengan melatih membuat keterampilan, dengan begitu mereka akan merasa dihargai. Bisa jadi awalnya mereka merasa di abaikan dan tiba-tiba sekarang merasa diterima dengan berkarya, inilah salah satu solusinya,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya memiliki kader-kader renger yang memantau untuk minum obat. Pasalnya, minum obat bagi ODGJ berat itu dikonsumsi setiap hari, maka kader-kader tersebut akan datang ke keluarga penderita. Upaya tersebut juga dilakukan, karena sering kali penderita ODGJ tersebut memiliki stigmanya negatif di masyarakat.
“Stigma tersebut antara lain, keluarga merasa malu apabila tetangga tahu, akhirnya penderita dipingit didalam rumah. Bahkan, tahun lalu kita menemukan penderita ODGJ dirantai oleh pihak keluarganya. Untuk itulah kami hadir di tingkat Kelurahan lewat jargon ‘Sehat Raga Jiwa’ agar masyarakat juga ikut memberikan dukungan kepada penderita dan keluarga. Selain itu menegaskan kepada penderita bahwa mereka tidak sendirian,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni/Bam’s)