GARUT, FOKUSJabar.id: Sektor pariwisata Kabupaten Garut menutup tahun 2025 dengan optimisme besar. Hal itu ditandai dengan selesainya proyek revitalisasi strategis dan pergeseran fokus pembangunan destinasi dari wilayah utara menuju potensi Glamping dan Geopark di Garut Selatan.
Data aktual menunjukkan tren peningkatan kunjungan signifikan. Sementara Pemerintah Kabupaten Garut telah mematok target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ambisius untuk tahun 2026.
BACA JUGA:
Distan Garut Fokus 3 Komoditas dan Diskannak Genjot Resiliensi Nelayan
Data Kunjungan dan Kontribusi Ekonomi 2025
Menurut data sementara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut, total kunjungan wisatawan sepanjang tahun 2025 diperkirakan mencapai 3,8 juta orang.
Angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan jumlah pengunjung tersebut didorong oleh pembukaan kembali sebagian besar destinasi pasca-pandemi dan multiplier effect dari promosi wisata Garut.

Kontribusi langsung sektor pariwisata terhadap PAD Garut tahun 2025 diproyeksikan mencapai sekitar Rp1,7 milyar, melampaui target awal sebesar Rp1,5 milyar.
Peningkatan ini bersumber utama dari retribusi tiket masuk objek wisata kelolaan pemerintah, pajak hotel dan pajak restoran/rumah makan.
BACA JUGA:
Polres Garut Perkuat Perda Anti Maksiat dengan KUHP dan TPKS
Sepanjang tahun 2025, Disparbud Garut sukses menggelar beberapa event pariwisata yang berhasil menarik kunjungan wisatawan domestik dan luar daerah, sekaligus memperkuat citra Garut sebagai destinasi budaya dan alam yang kaya.
- Festival Domba Garut (FDG) Skala Nasional
FDG digelar di kawasan Cikajang. Event ini tidak hanya menjadi ajang kontes ternak. Namun juga dikemas sebagai daya tarik wisata yang menampilkan seni tradisi adu domba (dalam konteks budaya dan non-kekerasan) dan produk unggulan UMKM peternakan.

FDG berhasil menarik puluhan ribu pengunjung dalam waktu tiga hari.
2. Garut Cultural and Food Festival (GCFF)
GCFF berlangsung di Alun-alun Garut. Kegiatan ini menjadi etalase kuliner khas Garut. Seperti Dodol, Jeruk Garut dan Sate Maranggi.
GCFF diiringi pertunjukan seni tradisional Tari Topeng dan Surupan. Event ini berfokus pada pemberdayaan pelaku ekonomi kreatif lokal.
3. Jelajah Geopark Garut Selatan (JGGS)
Berbentuk fun trail dan edukasi lingkungan yang diselenggarakan di kawasan Rancabuaya dan Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu (sebagai kawasan terintegrasi).
JGGS dirancang untuk mempromosikan keindahan alam tersembunyi dan potensi sport tourism di Garut Selatan.
BACA JUGA:
Jelang Nataru, Gudang Miras di Pasirwangi Garut Digerebek Tim Gabungan
Fokus Pembangunan Pasca-Revitalisasi Situ Bagendit
Plt Kepala Disparbud Kabupaten Garut, Budi Gan Gan Gumilar mengatakan, kunci keberlanjutan kebangkitan pariwisata adalah pemerataan.
Budi Gan Gan menjelaskan strategi Disparbud untuk memperkuat pariwisata di Garut Selatan. Khususnya Glamping dan Geopark setelah revitalisasi Situ Bagendit.
“Setelah revitalisasi Situ Bagendit, fokus kami adalah memastikan bahwa kebangkitan pariwisata Garut tidak hanya terpusat di wilayah utara. Namun juga menumbuhkan destinasi unggulan di Garut Selatan. Untuk itu, kami menjalankan tiga strategi utama,” ungkap Dia kepada FOKUSJabar.
Strategi Inti Glamping, Geopark dan Tata Kelola
- Penguatan Glamping dan Investasi
Mendorong hadirnya operator profesional untuk Glamping dengan standar kenyamanan, kebersihan dan keamanan setara daerah tetangga.
Fasilitasi investasi berbasis kemitraan pemerintah swasta di kawasan seperti Rancabuaya, Santolo, Cijayana dan Cipatujah.
2. Akselerasi Geopark
Mengembangkan Geopark Garut Selatan sebagai produk unggulan berkelas nasional. Fokus pada interpretasi geologi, penataan titik edukasi, pemandu bersertifikat dan integrasi dengan desa wisata.
3. Aksesibilitas dan Tata Kelola
Memperkuat manajemen destinasi melalui BUMDes dan komunitas lokal untuk konsistensi standar layanan wisata.
Target PAD 2026 dan Solusi Infrastruktur
Menyambut tahun 2026, Disparbud Garut menargetkan kontribusi PAD dari sektor pariwisata sekitar Rp2 milyar.
BACA JUGA:
Keren! SMP IT Al Mashduqi Garut Raih Penghargaan KLHK RI
Target tersebut didasari asumsi peningkatan kunjungan yang signifikan pasca-revitalisasi Situ Bagendit, naiknya performa destinasi Garut Selatan serta kenaikan tingkat hunian hotel dan aktivitas ekonomi kreatif.
Mengenai keluhan wisatawan, Budi Gan Gan mengakui bahwa masalah akses jalan, kebersihan dan keamanan masih menjadi pekerjaan rumah.
“Kami telah berkoordinasi dengan Bappeda, Dinas PUPR dan Pemprov Jabar untuk memperbaiki ruas prioritas menuju Pantai Santolo, Rancabuaya dan kawasan Geopark. Tahun 2025–2026 menjadi masa percepatan pembukaan dan perbaikan beberapa titik rawan,” jelasnya.
BACA JUGA:
Polwan Polres Garut Gelar Patroli Intan, Amankan Sholat Jumat dan Bagikan Makanan
Selain itu, pihaknya menerapkan standar kebersihan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability) dengan kewajiban unit pengelolaan sampah mandiri di setiap destinasi.
Untuk keamanan, kolaborasi dengan kepolisian, TNI dan relawan diperkuat. Terutama di kawasan pantai, dengan edukasi dan penempatan petugas lifeguard.
Pariwisata Berbasis Komunitas dan Budaya Lokal
Budi Gan Gan menegaskan, pariwisata Garut harus menempatkan budaya lokal sebagai tuan rumah. Disparbud menerapkan program penguatan ekosistem budaya melalui tiga pendekatan utama.
1.Integrasi dalam Rantai Ekonomi
Memastikan seniman, pengrajin dan pelaku budaya mendapat ruang tampil dan berjualan di destinasi unggulan. Termasuk melalui panggung budaya dan kurasi produk.
2. Skema Desa Wisata
Menjadikan komunitas lokal sebagai aktor utama pengelolaan homestay, kuliner tradisional, kriya dan paket wisata budaya memberikan manfaat ekonomi langsung dan berkelanjutan.
3. Pelatihan dan Sertifikasi
Mendorong pelatihan manajemen event, pemasaran digital dan peningkatan kualitas produk budaya agar komunitas mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar wisata modern.
“Dengan pendekatan ini, kami memastikan bahwa peningkatan pariwisata Garut memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Termasuk para pelaku seni dan budaya,” tutup Budi Gan Gan Gumilar.
(Y.A. Supianto)


