Oleh: Yan Agus Supianto
GARUT,FOKUSJabar.id: Hikmah dibalik kekalahan, pembaca yang budiman kita manusia sering kali terlalu yakin dengan apa yang kita anggap “terbaik.”
Kita mendambakan kemenangan yang gemilang, mengharapkan kesempurnaan dalam setiap upaya. Kita sudah menyusun strategi terbaik, menyiapkan diri dengan maksimal dan berdoa untuk hasil yang kita inginkan.
Namun, diatas semua rencana dan harapan kita, ada rencana yang jauh lebih besar dan lebih indah. Yakni, rencana dari Yang Maha Tahu, Allah SWT.
BACA JUGA:
Pemkab Garut Tanam Jagung Serentak Kuartal IV di Banyuresmi
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu. Padahal Dia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu. Padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang mengetahui. Sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Pelajaran dari Lapangan Hijau
Bolehlah kita mencontohkan apa yang terjadi pada Timnas Indonesia yang menelan kekalahan pahit 2-3 dari Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kita sebagai suporter, mungkin merasakan sakit dan amarah yang luar biasa. Kita ingin kemenangan itu. Kekecewaan memuncak dan media sosial dipenuhi dengan caci maki terhadap pelatih, Patrick Kluivert yang dianggap salah strategi atau salah memilih pemain inti.
Patrick Kluivert dianggap salah memilih Marc Klok dan Beckham Putra Nugraha atau kesalahan fatal Yakob Sayuri yang berujung penalti.
Kemudian, perbandingan dengan pelatih terdahulu seolah-olah semua kebaikan hilang bersama sosok tersebut. Dan masa kini adalah sebuah kemunduran.
BACA JUGA:
Garut Sabet Penghargaan Adminduk Prima 2025, Bupati Syakur Amin Dinobatkan Pembina Terbaik
Ada kritik tajam kepada pemain tertentu yang dianggap tampil lengah atau menjadi biang kerok dari kekalahan Timnas Indonesia.
Kita hanya melihat kekalahan (skor 2-3) sebagai akhir yang buruk. Kita hanya fokus pada peluang lolos langsung yang menipis. Dan menganggap ini adalah kegagalan mutlak.
Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak dan merenungkan hkmah dibalik kekalahan tersebut?
Mungkin kekalahan ini adalah obat pahit yang diperlukan tim untuk mengoreksi kelemahan yang belum terlihat jika mereka menang tipis.
BACA JUGA:
Wabup Garut Cek Kesiapsiagaan Petugas Damkar Pameungpeuk
Mungkin kekalahan ini adalah pembelajaran berharga yang akan menempa mental mereka menjadi lebih kuat di pertandingan “hidup-mati” berikutnya melawan Irak.
Mungkin dengan jalur kualifikasi yang lebih panjang (melalui ronde berikutnya), Timnas Indonesia justru mendapat waktu tambahan untuk menyatukan skuad, menguatkan strategi dan bahkan kedatangan pemain-pemain baru yang pada akhirnya akan mengantar mereka pada pencapaian yang lebih tinggi dan lebih permanen di masa depan.
Mungkin dibalik kritik dan hujatan yang diterima pelatih dan pemain, Allah SWT sedang membersihkan hati mereka dari kesombongan andai mereka terlalu mudah menang.
Atau sedang menyiapkan mereka untuk menjadi pahlawan sejati di momen yang paling krusial.
Kemenangan yang kita harapkan bisa jadi membuat kita dan tim terlalu cepat berpuas diri. Sedangkan kekalahan yang kita benci bisa jadi adalah gerbang menuju kematangan dan kesuksesan yang lebih hakiki.
BACA JUGA:
Bupati Garut Ajak HRD Perusahaan Serap Tenaga Kerja Terlatih
Marilah kita tarik napas. Mari kita kembalikan semua urusan kepada-Nya. Tugas kita hanya mendukung dan berusaha menjadi lebih baik, karena hasil akhir dan skenario terbaik hanyalah milik Allah SWT.
Kekalahan hari ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah rencana tak terduga yang sedang disiapkan untuk Garuda.
Tugas kita bukan mencaci, tapi berdoa. “Ya Allah, berikan yang terbaik menurut-Mu, karena Engkau adalah sebaik-baiknya perencana.”