Kamis 12 Desember 2024

Dosen dan Mahasiswa Unsil Edukasi Masyarakat Soal Kesehatan Sanitasi

TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Dosen bersama sejumlah Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Pengabdian tersebut sebagai bentuk perwujudan tri dharma perguruan tinggi melalui program Peningkatan Kesehatan Masyarakat (PPKM).

Kegiatan itu mengusung tema Optimalisasi Participation Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST) sebagai Upaya pencegahan kasus stunting.

BACA JUGA:

Pj Gubernur Jabar Apresiasi Kodam III/Siliwangi jaga Stabilitas Keamanan

Dalam pengabdiannya yang difokuskan di wilayah kerja Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya, tim dosen yang terdiri dari Nissa Noor Annashr, Andy Muharry, Dadan Yogaswara, Nisa Khoerunisa dan  Iis Aisyah serta tim mahasiswa (Ripal Anwar Awaludin, Reyhandra Habib Yanuar dan Audry Putri Fasya) memberikan edukasi masalah  kesehatan dan stunting di masyarakat.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, Nissa Noor Annashr mengatakan, aksi tim pengadian masyarakat yang terdiri dari dosen Prodi Kesehatan Masyarakat, Ilmu Politik dan Pendidikan Ekonomi sebagai bentuk kontribusi insan pendidikan dalam mengatasi sekaligus mencegah kasus stunting di masyarakat.

“Pengabdian kepada masyarakat merupakan tugas tri dharma perguruan tinggi dosen. Di samping pendidikan (pengajaran) dan penelitian untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tasikmalaya,” ungkap Nissa, Selasa (21/5/2024).

BACA JUGA:

Keren! 13 Kali Jawa Barat Raih Opini Wajar Tanpa Pengecualian

Ia menjelaskan, kali ini tim dosen Unsil menyoroti masalah kesehatan. Terutama kasus stunting.

“Kegiatan pengabdian dilakukan di Posyandu Sukamaju, Kelurahan Mulyasari. Di mana hasil pertemuan dengan unsur Puskesmas Tamansari, ternyata di wilayah ini terdapat 177 kasus anak stunting (data tahun 2023),” ujarnya.

Ia menjelaskan, tingginya kasus Stunting di Tamansari tentu tidak terlepas dari pola hidup dan perilaku warganya dalam menjaga sanitasi lingkungan.

Ditambah sejumlah kelurahan yang belum mendeklarasikan ODF (Open Defecation Free).

“Kota Tasikmalaya tertinggi ke-9 kasus stunting di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Untuk mengatasi permasalahan ini harus bersama-sama dan perlu cara pencegahannya agar kasus stunting dapat ditekan,” ujarnya.

Nissa menuturkan, selain dari faktor kurangnya kecukupan gizi,  stunting juga dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sanitasi lingkungan. Berupa jamban yang layak dan higienis.

“Masyarakat kita masih kurang pemahamannya tentang kesehatan sanitasi lingkungan. Mereka masih hobi membuang kotoran (BAB) di sembarang tempat (selokan, sungai dan kolam). Meski sudah BAB di jamban, namun masih membuang limbahnya ke selokan. Perilaku ini berbahaya karena dapat mengkontaminasi air atau lingkungan yang menyebabkan infeksi pada anak yang menyebabkan stunting,” imbuhnya.

BACA JUGA:

Limbah Mie Gacoan Kota Banjar Cemari Taman Lapang Bhakti

Ia menambahkan, intervensi sensitif stunting ini perlu dilakukan agar masyarakat bisa semakin sadar dan paham terhadap pentingnya kesehatan dan sanitasi lingkungan.

Saat kegiatan pengabdian, diawali pre-test untuk mengetahui gambaran awal mengenai pengetahuan masyarakat terkait sanitasi lingkungan dan stunting.

Kemudian penyampaian materi, diikuti demonstrasi pencemaran air oleh tinja manusia serta praktik pengolahan makanan yang aman,  penayangan video, lalu brain storming (curah pendapat).

Hal itu guna mengidentifikasi masalah sanitasi yang terjadi di sekitar tempat tinggal warga. Termasuk melakukan analisa dampak yang akan terjadi bilamana masalah ini terus terjadi serta post-test.

Pihaknya berharap, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan semakin meningkat guna mewujudkan generasi sehat dan bebas stunting melalui perilaku hidup bersih dan sehat.

(Seda/Anthika Asmara)

Berita Terbaru

spot_img