CIAMIS,FOKUSJabar.id: Pengakuan mengejutkan datang dari R rekan satu profesi Sona Ajmal Mustofa ABK Kapal cumi KM Hasil Mandiri yang dikabarkan tenggelam saat sedang menangkap ikan di wilayah perairan Kalimantan Barat, Selasa (7/5/2024). Pihak kapal tidak serius dan Kapten kapal tidak benar-benar melakukan pencarian.
Pengakuan itu disampaikan R saat berkomunikasi via panggilan telpon dengan Sartika Hidayati istri korban, Rabu (15/5/2024).
“Saat kejadian itu Kapten langsung meminta nomor kontak keluarga kebetulan saya memang dekat sama Sona lalu diberikan nomor sona, nomor istri, lalu Kapten berkomunikasi via radio memberikan nomor itu ke pengurus kapal,” kata dia.
BACA JUGA: ABK Asal Ciamis Hilang di Perairan Kalimantan Barat, Istri Masih Berharap Ditemukan
R menjelaskan, setelah mencatat nomor itu kemudian pengurus kapal mengabarkan kembali kepada Kapten bahwa mereka sudah menelpon pihak keluarga. Namun pengakuan pengurus Sona bukan orang Ciamis melainkan orang Batak.
“Keluarganya sudah ditelpon cuma ngaku nya orang Batak bukan orang Ciamis,” ucap pengurus kapal seperti dipergakan oleh R.
Namun, mendengar pernyataan itu R sontak kaget lalu dua hari setelah kejadian dia mendapat kabar dari istri korban bahwa tidak ada satu pun dari pihak kantor atau pengurus yang menelpon kelurarga Sona.
“Saya tau kalau pengrus itu bohong setelah menelpon Istri Sona untuk mengabarkan kejadian itu lalu istrinya bilang kalau tidak ada yang menelpon dari pihak pengurus dan kantor,” jelasnya.
“Kapten juga kaget mendengar kabar itu, dia bilang bagaiamana ya pedahal nomor keluarga korban sudah diberikan kirain mau ditelpon tapi istri korban bilangnya tidak ada yang nelpon. Berarti pihak kantor tidak menelpon,” kata dia, menambahkan.
Kapten Kapal Tidak Melakukan Pencarian Jasad Sona Dengan Maksimal.
BACA JUGA: 2 Ormas Bentrok, Masyarakat: Kasus Kriminal di Ciamis Meningkat
R mengatakan bahwa saat kejadian dia langsung membantu melakukan pencarian alakadarnya karena pada saat itu tubuh Sona sudah tidak muncul ke permukaan.
“Pas kejadian langsung di cari tapi kan aturannya kalau mau benar nyariin harus ada instruksi dari Kapten jadi pencarian hanya dilakukan alakadarnya Kapten seperti tidak niat mencari. Bahkan narik jangkar yang biasanya dari pukul 07.00 pagi sampai sore hari pas kejadian jangkar ditarik siang hari,” jelasnya.
R yang mempunyai hati nurani karena Sona merupakan rekan akrabnya dan sama-sama berasal dari tanah Pasundan merasa tidak enak hati dan tidak menerima dengan perlakuan kantor dan Kapten yang membiarkan Sona begitu saja.
“Saya sama dari Sunda terus Sona juga kalau minta ini, itu suka ke saya jadi saya tidak menerima hal itu, jadi unek-unek sampai sekarang,” ucapnya.
Lebih lanjut, R mengungkapkan setelah kejadian pun tidak ada pihak dari POLAIRUD yang datang untuk melakukan pencarian yang ada hanya rombongan kapal cumi.
Hal itu berbanding terbalik dengan pengakuan istri korban yang mendapat kabar dari pengurus bahwa kejadian itu sudah ditangani oleh POLAIRUD.
Namun pada hari, Rabu (15/4/2024) istri korban mendapatkan kabar dari pengurus kantor bahwa pencarian terhadap jasad sang suami telah dihentikan dengan alasan yang tidak jelas.
BACA JUGA: Warga Cikupa Ciamis Dirikan Koperasi Serba Usaha
“Awal dapet kabar duka via telpon terus pihak pengurus mau datang ke keluarga korban, tapi tidak lama dia bilang lagi kalau keluarga harus ke Indramayu untuk mengurus BPJS dan berkas, ga lama pihak kantor telpon lagi ke kakak korban kalau BPJS sudah bisa di klaim. Aneh setiap nelpon beda-beda keterangan,” kata istri korban Sartika Hidayati.
Kemudian dia juga menduga bahwa laporan ke POLAIRUD setempat yang dilakukan pihak kantor itu tidak dilaksanakan alias bohong dan tidak pernah dilakukan pencarian terhadap suaminya.
“Tadi saya dapat kabar kalau pencarian suami saya sudah dihentikan saya bingung, pas diminta bukti surat laporan ke POLAIRUD pihak kantor bilangnya tidak ada,” pungkasnya.
(Fauza/Anthika Asmara)