Rabu 11 Desember 2024

Inflasi Turki Tembus 67%, Harga Pangan Naik Ekstrem

TURKI,FOKUSjabar.id: Inflasi Turki melonjak menjadi 67,07% pada bulan Februari 2024 secara tahunan, dari 64,86% pada bulan sebelumnya.

Realisasi inflasi itu juga lebih tinggi dari proyeksi analis yang disurvei oleh Reuters yang memperkirakan inflasi tahunan akan meningkat menjadi 65,7% pada bulan lalu.

Berdasarkan data Institut Statistik Turki yang dirilis Senin (4/3/2024), sektor gabungan hotel, kafe, dan restoran mengalami kenaikan inflasi tahunan terbesar sebesar 94,78%, diikuti oleh pendidikan sebesar 91,84%, sedangkan tingkat kesehatan mencapai 81,25%, dan transportasi sebesar 77,98%.

Harga konsumen makanan dan minuman non-alkohol melonjak 71,12% pada Februari secara tahunan dan mencatat kenaikan bulanan sebesar 8,25%.

Angka-angka tersebut memicu kekhawatiran bahwa bank sentral Turki, yang bulan lalu mengindikasikan bahwa siklus kenaikan suku bunga selama delapan bulan yang menyakitkan telah berakhir, mungkin harus kembali melakukan pengetatan.

“Kenaikan inflasi Turki yang lebih kuat dari perkiraan menjadi 67,1% di bulan Februari menambah kekhawatiran kami mengingat hal ini terjadi karena peningkatan besar inflasi di bulan Januari dan kuatnya pertumbuhan belanja rumah tangga di Q4,” kata Liam Peach, ekonom senior pasar negara berkembang di Capital Economics yang berbasis di London, dalam catatan yang dikutip CNBC International.

“Tekanan harga inti terus meningkat dan jika ini terus berlanjut, kemungkinan dimulainya kembali siklus pengetatan bank sentral hanya akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang,” katanya.

BACA JUGA: Wali Kota di jepang Terlibat 99 Skandal Seks, Masyarakat Murka!

Beberapa analis memperkirakan inflasi akan turun hingga sekitar 35% pada akhir tahun ini. Menurut Capital Economics, angka-angka terbaru “menyoroti bahwa tekanan inflasi dalam perekonomian masih sangat kuat dan menunjukkan bahwa proses disinflasi telah mengalami kemunduran pada awal tahun ini.”

Harga konsumen makanan dan minuman non-alkohol melonjak 71,12% pada Februari secara tahunan dan mencatat kenaikan bulanan sebesar 8,25%.

Angka-angka tersebut memicu kekhawatiran bahwa bank sentral Turki, yang bulan lalu mengindikasikan bahwa siklus kenaikan suku bunga selama delapan bulan yang menyakitkan telah berakhir, mungkin harus kembali melakukan pengetatan.

“Kenaikan inflasi Turki yang lebih kuat dari perkiraan menjadi 67,1% di bulan Februari menambah kekhawatiran kami mengingat hal ini terjadi karena peningkatan besar inflasi di bulan Januari dan kuatnya pertumbuhan belanja rumah tangga di Q4,” tutur Liam Peach, ekonom senior pasar negara berkembang di Capital Economics yang berbasis di London, dalam catatan yang dikutip CNBC International.

“Tekanan harga inti terus meningkat dan jika ini terus berlanjut, kemungkinan dimulainya kembali siklus pengetatan bank sentral hanya akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang,” katanya.

Beberapa analis memperkirakan inflasi akan turun hingga sekitar 35% pada akhir tahun ini. Menurut Capital Economics, angka-angka terbaru “menyoroti bahwa tekanan inflasi dalam perekonomian masih sangat kuat dan menunjukkan bahwa proses disinflasi telah mengalami kemunduran pada awal tahun ini.”

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img