FOKUSJabar.id: Ancaman Siber Terhadap Keamanan Anak di Era Teknologi Canggih. Pengembangan teknologi canggih selalu menjadi tonggak penting dalam peradaban manusia.
Namun, seiring dengan kemajuan tersebut, datanglah risiko dan ancaman baru terhadap keamanan, terutama bagi anak-anak yang semakin melek teknologi.
Kecerdasan buatan (AI) yang harapannya akan mempermudah kehidupan manusia juga membawa potensi ancaman yang tidak boleh kita abaikan, khususnya terhadap anak-anak dan remaja.
Para ahli keamanan siber dari perusahaan ternama seperti Kaspersky menyoroti beberapa tren kejahatan siber yang patut kita waspadai oleh orang tua di tahun 2024.
Hacker Sasar Gamer Muda
Statistik online menunjukkan bahwa 91% anak usia 3-15 tahun bermain game di berbagai perangkat.
Bagi beberapa game, obrolan suara dan teks yang tidak termoderasi menjadi bagian penting dari pengalaman bermain.
Penjahat siber sering memanfaatkan hubungan yang terbangun di dalam permainan. Untuk mendapatkan informasi pribadi atau bahkan melakukan penipuan melalui tautan phishing atau file berbahaya yang mereka samarkan sebagai mod permainan populer.
Pentingnya Pendidikan Keamanan Siber
Menyadari kompleksitas ancaman siber, penting bagi orang tua untuk terus memperbarui pengetahuan mereka tentang teknologi dan keamanan siber.
Mengajarkan anak-anak tentang dasar-dasar keamanan siber sejak dini menjadi kunci untuk melindungi mereka dari potensi ancaman di dunia maya.
Ancaman Siber Aplikasi AI
Menurut penelitian PBB, sekitar 80% anak muda berinteraksi dengan AI beberapa kali sehari.
Seiring berkembangnya teknologi AI, muncul beragam aplikasi yang kurang terkenal, namun menawarkan fitur menarik seperti pengeditan dan modifikasi foto.
Sebagai contoh, tren baru-baru ini yang viral adalah aplikasi yang mengubah foto wajah menjadi poster Disney Pixar atau karakter anime.
Namun, ketika anak-anak mengunggah foto-foto mereka ke dalam aplikasi semacam itu. Mereka sering tidak menyadari risiko atas privasi dan keamanan data pribadi mereka.
Selain itu, aplikasi AI seperti chatbot juga dapat menjadi sumber konten yang tidak sesuai untuk usia anak-anak. Seperti konten “erotis”, yang dapat mereka akses tanpa verifikasi usia yang memadai.
Baca Juga: Waspada Penipuan di WhatsApp: Modus Penipu Mengintai Melalui File APK
Ancaman Siber dari Perangkat Smart Home
Meskipun keamanan perangkat rumah pintar semakin canggih, masih banyak kerentanan eksploitasi, membuka peluang bagi penjahat siber untuk melakukan serangan.
Anak-anak yang berinteraksi dengan perangkat rumah pintar juga bisa menjadi sasaran, baik untuk mendapatkan informasi pribadi maupun untuk melakukan serangan melalui perangkat tersebut.
Kesadaran Anak akan Privasi Online
Seiring bertambahnya usia, anak-anak semakin menyadari pentingnya privasi dan ruang pribadi, baik di dunia nyata maupun online.
Ini menuntut pendekatan yang sensitif dari orang tua dalam mengelola keamanan online anak-anak mereka, termasuk menetapkan batasan dan memberikan pemahaman tentang risiko serta cara melindungi diri secara proaktif.
Ancaman Siber di Dunia Fintech
Dengan semakin banyaknya bank yang menyediakan produk dan layanan khusus anak-anak, seperti kartu perbankan yang dirancang untuk usia 12 tahun, anak-anak menjadi rentan terhadap serangan penipuan konvensional.
Penjahat siber dapat menggunakan teknik rekayasa sosial untuk memperoleh informasi sensitif, seperti detail kartu perbankan, dengan menyamar sebagai teman sebaya atau menyediakan tawaran-tawaran yang menarik, seperti hadiah PlayStation 5 gratis.
Dalam menghadapi ancaman yang semakin berkembang ini, kolaborasi antara orang tua, lembaga pendidikan, dan penyedia layanan keamanan siber menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman bagi anak-anak.
(Erwin)