JAKARTA,FOKUSjabar.id: Afrika Selatan menarik semua diplomatnya dari Israel pada 6 November kemarin. Penarikan diplomat ini adalah bentuk protes dari Afrika Selatan terkait serangan Israel ke Gaza yang menewaskan 10 ribu orang.
“Kami sangat prihatin dengan berlanjutnya pembunuhan terhadap anak-anak dan warga sipil tak berdosa di wilayah Palestina dan kami yakin respons ini adalah ‘hukuman kolektif’ untuk Israel,” kata Menteri Luar Negeri Afsel, Naledi Pandor, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (7/11/2023).
“Kami merasa penting untuk menunjukkan keprihatinan Afsel sambil terus menyerukan penghentian permusuhan secara menyeluruh,” lanjut dia.
Pretoria sendiri cukup vokal dalam menentang penjajahan Israel ke Palestina selama bertahun-tahun. Afsel juga telah meminta PBB untuk melindungi semua warga sipil di Gaza dari serangan Israel.
“Seluruh negara yang mengaku berkomitmen dalam sistem berbasis aturan hukum internasional harus segera bertindak,” sebut pernyataan Kemlu Afsel beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Terus Bertambah, Staf PBB Tewas akibat Serangan Israel di Gaza
Tak hanya Afsel, Turki juga sudah lebih dulu menarik diplomatnya dari Israel. Pengumuman ini dikeluarkan Ankara jelang kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken ke Tel Aviv, pekan lalu.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengakui dirinya tak akan berkomunikasi sementara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Hal ini dikarenakan jumlah korban tewas di Gaza semakin meningkat tetapi Israel terus melanjutkan serangannya.
“Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami mengabaikannya,” kata Erdogan.
“Netanyahu secara pribadi bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza,” ucap Erdogan.
Satu bulan sudah Gaza digempur oleh Israel. Per hari ini, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut bahwa 10.165 orang telah tewas di Jalur Gaza.
Dilansir dari Wafa Agency, sebanyak 27 ribu orang juga dilaporkan terluka. Korban tewas dan terluka ini pun tidak hanya ada di Jalur Gaza, melainkan termasuk di Tepi Barat.
Sementara itu, Kemenkes Palestina menambahkan bahwa 117 ribu pengungsi terpaksa tinggal seadanya di fasilitas kesehatan. Selain itu, 690 ribu orang juga tinggal di penampungan darurat yang disediakan badan PBB, UNRWA.
Terdapat juga 121.750 orang yang tinggal di rumah sakit, gereja dan bangunan umum lainnya dan juga di sekolah yang belum hancur karena serangan Israel.
(Agung)