JAKARTA,FOKUSJabar.id: Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menilai kebijakan kebijakan work from home (WFH) tak mampu meningkatkan kualitas udara bersih di Jakarta saat ini.
Hal itu tersungkap dalam analisis singkat REA soal WFH untuk atasi polusi udara Jakarta.
Analyst CREA, Katherine Hasan mengatakan, akar permasalahan polusi udara di Jakarta tidak bisa direduksi hanya pada satu sumber saja, seperti perjalanan pulang-pergi.
Dia mengatakan tidak ada penurunan polusi yang terukur selama WFH.
“Misalnya, tidak ada penurunan polusi yang terukur selama WFH. Polusi udara di Jakarta berasal dari berbagai sumber dan harus ditangani lintas provinsi, mulai dari dengan penegakan standar emisi untuk pembangkit listrik tenaga batubara, industri dan transportasi, dan pada akhirnya koordinasi antar provinsi dan nasional untuk mengatasi semua pencemar utama,” ujar dia, Selasa (29/8/2023).
BACA JUGA: Kemenkes Sebut Semprot Jalan untuk Atasi Polusi Udara Tidak Efisien
Melansir IDN, CREA membandingkan tingkat polusi udara pada tahun-tahun ketika mobilisasi warga menurun drastis akibat COVID-19.
Analisis data menunjukkan tidak ada penurunan tingkat polusi udara yang terdeteksi selama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat) akibat COVID-19.
Bukti lain juga menunjukkan perjalanan pulang pergi dan menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil bukan penyebab utama polusi udara di Jakarta.
Pada Sabtu dan Minggu tingkat kemacetan turun rata-rata sebesar 45 persen, tetapi tingkat polusi PM2.5 hanya turun sebesar empat persen.
Hasil ini mungkin bertentangan dengan dengan apa yang diharapkan secara logika, hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa faktor.
CREA dalam analisisnya juga mengungkapkan, transportasi bukan satu-satunya sumber polusi udara di Jakarta. Selain itu, transportasi yang mencakup truk, bus, dan kendaraan lain tidak terlalu terpengaruh oleh kebijakan Work From Home (WFH) atau pola hari kerja ke akhir pekan.
Sebagian besar emisi sektor transportasi yang berdampak pada Jakarta berasal dari luar kota, emisi itu bergerak jauh karena kondisi meteorologi, dan tetap berada di udara dalam jangka waktu yang lama.
(Agung)