TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto terlihat mesra dengan Iwan Saputra dalam sebuah foto yang diterima FOKUSJabar.
Ade Sugianto dan Iwan Saputra keduanya merupakan pesaing hebat dalam perebutan kursi Bupati pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tasikmalaya tahun 2020 lalu.
BACA JUGA: KSAU Resmikan SKADIK 103 / Drone Tempur di Tasikmalaya
Bahkan, hasil dari Pilkada 2020 tersebut Ade Sugianto dan Iwan Saputra berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia.
Dosen Institut Agama Islam (IAI) Tasikmalaya, Taufiq Rohman menilai, kemesraan yang diperlihatkan oleh kedua tokoh tersebut (Ade Sugianto dan Iwan Saputra) merupakan gambaran bahwa keduanya sosok negarawan.
“Beliau-beliau ini memperlihatkan ke publik bahwa mereka berdua sebagai sahabat. Terkait politik, kan ada waktunya berpolitik,” ungkap Taufiq Rohman, Rabu ( 23/8/2023).
Menurutnya, politik itu dinamis kemarin menjadi pesaing esok hari bisa saja bersama. Karena dalam politik tidak ada yang tidak mungkin.
BACA JUGA: Baru Gabung, Nomor Urut 1 Diberikan NasDem untuk HCR
“Kedua tokoh tersebut, merupakan pimpinan Partai, Pak Ade Sugianto merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tasikmalaya, sementara A Iwan Saputra wakil ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat,” tuturnya.
Dia melanjutkan, kedua tokoh tersebut memiliki gerbong politik masing-masing dan partainya pun memiliki basis masa yang jelas.
“Apalagi secara personal kedua tokoh tersebut merupakan satu angkatan di SMA yang sama, jadi kemesraan tersebut bisa faktornya karena mereka teman satu angkatan,” jelasnya.
Selain itu, Iwan Saputra pernah menjabat sebagai Kepala Bappeda Kabupaten dan kala itu Ade Sugianto sebagai Wakil Bupati jadi faktor reuni kedua tokoh tersebut.
“Bagus dong keduanya memperlihatkan bahwa mereka tetap sebagai sahabat, masalah Pilkada kan jelas nanti ada aturan mainnya di partai masing-masih yang mereka bernaung,” ujarnya.
Namun, bila memang kebersamaan tersebut, lanjut Taufiq, dilanjutkan ke ranah politik semuanya sah-sah saja.
“Sah-sah saja tidak ada yang melarang, semuanya bisa terjadi. Ya tadi politik itu kan dinamis. Dalam satu sisi kedua tokoh tersebut sahabat satu angkatan. Lain sisi mereka para tokoh-tokoh partai,” pungkasnya.
(Nanang Yudi/Anthika Asmara)