spot_img
Kamis 25 April 2024
spot_img
More

    Bertahan 70 tahun, Toko Gunung Agung Bakal Gulung Tikar

    JAKARTA,FOKUSJabar.id: Toko Gunung Agung dikabarkan terpaksa harus menutup semua cabangnya.

    Toko buku yang telah beroperasi selama 70 tahun ini tidak mampu lagi menambal kerugian operasi yang semakin besar.

    PT Gunung Agung Tiga Belas, perusahaan yang memiliki Toko Gunung Agung, mengumumkan rencana menutup semua toko atau outlet yang hanya tersisa lima toko pada tahun ini dari 34 toko pada masa jayanya.

    PT Gunung Agung Tiga Belas menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan usahanya. Manajemen berharap bahwa langkah ini dapat membantu mengurangi kerugian dan mempertahankan sisa-sisa bisnis yang masih berjalan.

    BACA JUGA: Mario Dandy Diperiksa KPK Terkait Kasus Pencucian Uang Sang Ayah

    Manajemen menyampaikan bahwa penutupan toko akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Kerugian dialami sejak 2010

    Kerugian Toko Gunung Agung tercatat sejak 2010, ketika perseroan menderita rugi bersih mencapai Rp 6,799 miliar, sementara akhir 2011, perseroan memprediksi kerugian perseroan masih di kisaran Rp 6 miliar.

    Perusahaan ini go public di tanggal 6 Januari 1992 dengan nama PT Toko Gunung Agung Tbk (TGKA) kemudian ganti haluan dan berubah menjadi perusahaan batu bara bernama PT Permata Prima Sakti Tbk pada 2013.
    Sementara itu, bisnis buku dipegang oleh PT GA Tiga Belas. PT Permata Prima Sakti Tbk hanya bertahan 4 tahun sebelum akhirnya delisting dari bursa sejak 15 November 2017.

    Asal usul toko buku ini bermula pada tahun 1953 ketika almarhum Tjio Wie Tay (1927-1990), yang kemudian dikenal dengan sebutan Haji Masagung, memulai sebuah kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama kemitraan Thay San Kongsie di Jakarta Pusat.

    Melansir Beritsasatu, Seiring dengan pertumbuhan bisnis yang semakin besar dan kompleks pada tahun-tahun awal kemerdekaan, Haji Masagung mendirikan perusahaan baru yang menerbitkan dan mengimpor buku, yang diberi nama Firma Gunung Agung.

    Perusahaan terus berkembang dengan dukungan para penyair, penulis, sarjana, dan wartawan. Di tengah semua kesulitan yang dihadapi Indonesia yang masih sangat muda, Haji Masagung menjadi pionir dalam upaya membuka wawasan bangsa melalui buku.

    Ia mengorganisir pameran buku pertama di Indonesia pada tahun 1954 yang sangat diapresiasi oleh masyarakat Indonesia.

    Selama bertahun-tahun, Haji Masagung secara bertahap meningkatkan perusahaan ke tingkat yang baru dalam standar dan kualitas, dan menjadikan perusahaan sebagai salah satu nama rumah tangga terkemuka di Indonesia.

    Dengan tujuan untuk menjadi pemimpin pasar di negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Gunung Agung telah menempuh perjalanan panjang sejak awal yang sederhana pada tahun 1953 ketika Haji Masagung memulai perusahaan di Jalan Kwitang, Jakarta.

    Sekarang, kantor pusat perusahaan masih beroperasi dari alamat yang sama. Memasuki milenium baru, perusahaan memperluas lini produknya dengan menambahkan alat tulis, kebutuhan sekolah, barang hias, perlengkapan olahraga, alat musik, otomasi kantor/peralatan, dan produk teknologi tinggi.

    Pada tahun 2018, perusahaan mengoperasikan 14 toko di 10 kota besar di pulau Jawa dengan total luas penjualan lebih dari 28.000 meter persegi. Sebanyak 20 toko berlokasi di Area Jakarta Raya.

    (Agung)

    Berita Terbaru

    spot_img