Rabu 11 Desember 2024

Miliki Pontesi Ekraf, Ledia Hanifa Hidupkan Kembali Musik Hadroh

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Festival Musik Hadroh di Kota Bandung dihidupkan kembali lewat acara Bisa Fest, Genre musik ini kembali dikenalkan ke berbagai kalang karena dinilai memiliki potensi ekonomi kreatif. 

Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amaliah mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara Komisi X DPR RI, Kemenparekraf dan Disbudpar Kota Bandung. Seni pertunjukan musik yang diambil bergenre hadroh.

“Kita memanggil narasumber yang memang sudah kompeten dalam bidangnya. Kenapa? Ini sebenarnya bisa jadi satu bagian pengembangan budaya di Kota Bandung, meskipun sumbernya dari Afrika atau Timur Tengah, tetapi di sini sudah banyak berubah dan menyesuaikan dengan budaya Indonesia,” kata Ledia di Bandung, Selasa (2/5/2023).

BACA JUGA: Ledia Hanifa: PKS Berkomitmen Mengawal Demokratisasi Di Indonesia Bersama Rakyat

Bahkan dalam acara tersebut, Ledia sempat melihat potensi hadroh tampil di panggung yang lebih besar sangat terbuka lebar. Satu di antaranya adalah peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang akan diperingati dalam waktu dekat.

Menurut Ledia, apabila nanti musik hadroh bisa ditampilkan, itu akan menjadi pertemuan budaya lewat perkusi.

“Di sini berkembangnya hadroh, qosidah, marawis, di negara-negara lain mungkin ada yang lain, itu jadi bagian yang bagus kalau kita padu, jadi harmonis. Bagaimana bersatunya budaya Asia dan Afrika,” ujarnya.

Ledia menjelaskan, kelompok hadroh yang tertarik untuk terlibat dan mengikuti lomba kali ini baru dari Kota Bandung dan Cimahi. Mengingat targetnya adalah lebih kepada memberikan ilmu kepada kelompok tersebut bagaimana mengembangkan musik hadroh.

“Sebetulnya yang diinginkan adalah semacam workshopnya. Kemudian tampil, mereka dapat skillnya, tapi tadi ada sesi jamming sesionnya bareng-bareng. Kita berharap ke depan bisa membangun komunitas yang lebih besar,” ucapnya.

Disinggung soal kehadiran Ali Kribo, Ledia mengungkapkan, pihaknya memerlukan narasumber yang kompeten khususnya musisi perkusi. Mengingat hadroh, marawis dan qasidah basicnya adalah perkusi.

“Jadi kita ingin bahwa hadroh, marawis dan qasidah tidak hanya di majelis-majelis, tapi ada di tempat-tempat yang lebih luas,” kata dia.

Ditambahkan Ledia, musik hadroh ke depan bisa saja digabungkan dengan destinasi wisata. Terlebih Indonesia memiliki wisata religi dan wisata halal.

“Kalau itu dipadukan, jadi satu paket wisata, buat orang-orang dari luar yang gak pernah main hadroh, ada pengalaman, belajar main hadroh, gimana caranya nepok-nepok. Itu jadi bagian memperkaya khazanah,” ucapnya.

BACA JUGA: Ledia Hanifa Memetik Pelajaran Dari Anggota Parlemen Jepang Penyintas HIV

Sementara itu, Ali Kribo menyebut, darbuka atau genre musik perkusi dari sisi ekonomi kreatif sudah berkembang sejak 2010. Terkhusus darbuka, ini perkembangannya pesat mengingat terkait erat dengan hadroh dan marawis.

“Sempat juga ada festival nasional darbuka pada 2019 dan 2017. Sejak itu luar biasa kemajuannya, peminatnya, dan pembikin,” kata Ali.

Menurut Ali, dari sisi penampilan, darbuka kini tidak hanya berada di majelis-majelis, masjid atau tempat tertentu. Kini darbuka sudah tampil di pasar yang lebih luas.

“Saya lihat di bulan puasa kemarin, banyak mall-mall dengan mengadakan acaranya dengan pemain hadroh, marawis, dan gambus. Sangat banyak,” ujar Ali.

Ali mengungkapkan, peluang ekonomi kreatif darbuka sangat terbuka lebar. Sebab di Indonesia pemainnya belum terlalu banyak. Variasi darbuka juga bisa ke kasidah maupun sholawat yang khusus di majelis.

“Gimana caranya bikin tren yang sekarang ini, kita bawakan pada hadroh, kita bikin kreatif, bikin video yang kreatif, sekarang modalnya tinggal bikin video, yang enak dilihat, entertain, gak usah panjang-panjang. Orang bisa lihat itu, sekaligus bikin sesuatu yang baru,” kata dia.

Sementara itu, Kemenparekraf, Koordinator Event Nasional Analis Kebijakan Madya dari Kemenparekraf, I Komang Ayu Astiti menambahkan, pihaknya sangat mengapresiasi potensi-potensi untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi. Apalagi di Bandung, musik hadroh akan dikembangkan dalam bentuk komunitas darbuka.

“Itu sangat berpotensi besar, tidak hanya dari sisi ekonomi kreatif, tapi juga dari segi pariwisatanya,” kata Komang.

Selain itu, lanjut Komang, musik hadroh juga sangat berpeluang untuk bisa dikembangkan, bahkan tampil di destinasi wisata budaya. Sehingga pada akhirnya masyarakat akan tertarik dengan musik tersebut.

“Tidak hanya masyarakat lokal, karena musik hadroh itu mempunyai ciri khas keindonesiaan, memiliki ciri khas tersendiri, itu juga akan mendatangkan wisatawan tentunya. Orang akan belajar, bagaimana keunikan musik tradisi yang ada di Indonesia,” kata dia. 

Berita Terbaru

spot_img