BANJAR,FOKUSJabar.id: Direktur PT Maju Jaya Dwi Vira, Daskim selaku pengelola Banjar Water Park (BWP) menilai, Budaya Mesir akan lebih menjual dan menarik wisatawan.
Hal itu Dia sampaikan setelah Rapat Koordinasi pembangunan Museum the Mummy yang sempat menuai polemik.
Menurutnya, konsep sejarah mesir kuno (Museum the Mummy) akan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Banjar Water Park.
BACA JUGA:
Soal Patung Firaun, Banjar Institute: Bisa Sebagai Pengingat, Kesombongan itu Akan Runtuh
“Saya belajar dari wisata. Karena saya orang wisata, khususnya water park. Konsep the Mummy merupakan yang paling menyentuh hati saya,” ungkapnya.
Karena apa, dari segi bisnis tentu orang akan lebih tertarik dengan konsep ini. Apalagi pihaknya sudah memplot bahwa konsep edukasi sejarah Mesir Kuno hanya ada di Bandung dan Banjar saja.
Ketika disinggung apakah Museum the Mummy merupakan konsep yang menjanjikan? Daskim meresponnya dengan baik. Dia juga meminta doa agar semuanya berjalan sesuai harapan.
“Mudah-mudahan doakan saja. Kalau dari segi wisatanya, konsep edukasi ini seperti di transeba Bekasi. Dalam sebulan bisa 60 ribu pengunjung. Target kami di sini ya 10 ribu,” ungkapnya.
Sebelumnya FOKUSJabar mengabarkan, Sekretaris II Dewan Kebudayaan Kota Banjar, Yayan Suryandi mengatakan, konsep wisata sejarah Museum the Mummy (Patung Firaun) memang bagus. Tapi tidak ukuran besar.
“Kalau Patung Firaun-nya besar nanti bisa dinilai musrik. Gak etis jika dijadikan backround selfi,” ungkapnya.
Menurut Dia, lebih bagus konsepnya dominan dengan menghadirkan budaya kearifan lokal yang belum tereksplorasi.
BACA JUGA:
Budayawan Kota Banjar Menilai Simbol Firaun Sah-sah Saja Jadi Ikon Wisata
Dengan begitu, budaya lokal tidak tergeser oleh budaya lain. Terlebih budaya asing.
Yayan mengaku setuju dengan langkah Banjar Water Park menambah fasilitas wisata edukasi kearifan lokal, nasional dan dunia.
“Temanya banyak. Baik tentang sejarah, ekonomi kreatif, sains dan teknologi. Tapi yang terpenting harus merangkul semua pihak,” kata Yayan.
Tokoh Budayawan Kota Banjar, Ki Demang mengatakan, jika dinilai dari segi estetik dan peruntukannya untuk wisata edukasi sejarah sah-sah saja jika patung firaun dijadikan ikon.
Akan tetapi jika dinilai dari segi lainnya, lebih baik jangan karena kurang pas.
Menutut Ki Demang, jika ingin membuat konsep wisata sejarah di Banjar lebih mengangkat budaya lokal.
(Budiana Martin/Bambang Fouristian)