Kamis 12 Desember 2024

Kejaksaan Coret Restorative Justice di Kasus Mario Dandy

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta menutup peluang restorative justice (RJ) dalam penyelesaian kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo (20) dan Shane Lukas Rotua Pangodian Lumbantoruan (19) terhadap Cristalino David Ozora (17).

Kepala Seksi Penerangan Hukum (Kasipenkum) Kejati DKI, Ade Sofyansah mengatakan, tertutupnya peluang untuk Mario Dandy dan Shane itu lantaran penganiayaan yang dilakukan keduanya menyebabkan David terluka berat.

“Untuk Tersangka Mario Dandy Satriyo dan Shane Lukas Rotua Pangodian Lumbantoruan tertutup peluang untuk diberikan penghentian penuntutan melalui RJ karena menyebabkan akibat langsung korban sampai saat ini tidak sadar atau luka berat,” kata Ade, Jumat (17/3/2023).

BACA JUGA: Dua Polisi Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Divonis Bebas, Polri Hormati Keputusan

Ade menjelaskan, penganiayaan yang menyebabkan korban luka berat itu memiliki ancaman hukuman yang lebih dari batas maksimal RJ. Penuntut Umum juga dipastikan bakal memberikan hukuman yang berat atas perbuatan yang sangat keji.

Terlebih, RJ hanya bisa dilakukan jika korban menerima permintaan maaf dari Mario dan Shane.

“Restoratif Justice hanya dapat dilaksanakan apabila ada pemberian maaf oleh korban atau keluarga, jika tidak ada otomatis tidak ada upaya Restoratif Justice dalam tahap penuntutan,” ujar Ade, melansir IDN.

Sementara itu, terkait pernyataan Kajati DKI Jakarta, Reda Manthovani yang menawarkan penerapan diversi terhadap anak AG yang berkonflik dengan hukum, Ade menjelaskan hal itu semata-mata mempertimbangkan masa depan anak sebagaimana diatur dalam UU Perlindungan Anak.

“Oleh karena perbuatan yang bersangkutan tidak secara langsung melakukan kekerasan terhadap korban, namun apabila korban dan keluarga tidak memberikan upaya damai khusus terhadap pelaku anak AG yang berkonflik dengan hukum maka uapaya Restoratif Justice tidak akan dilakukan,” ujarnya.

Adapun kehadiran Kajati DKI Jakarta dan tim penuntut umum di rumah sakit semata-mata ungakapan rasa empati sebagai penegak hukum.

“Sekaligus memastikan bahwa perbuatan para terdakwa sangat layak untuk diberikan hukuman yang berat,” ujarnya.

(Dist)

Berita Terbaru

spot_img