CIAMIS,FOKUSJabar.id: Nasib ‘Pak Ogah‘ Relawan Persimpangan. Sinar matahari mulai meredup meninggalkan hiruk pikuk di tengah sibuknya segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Tatar Galuh Ciamis.
Namun, pria setengah paruh baya masih sibuk melambaikan tangan sambil meniupkan peluitnya untuk memastikan keselamatan pengguna jalan dan mengatur arus lalu lintas.
Ya, Fiki Taufik bukanlah pengatur lalu lintas yang digaji oleh Dinas Perhubungan maupun Polisi Lalu Lintas melainkan seorang sukarelawan jalanan yang sering di kenal dengan sebutan nama Pak Ogah atau relawan persimpangan.
BACA JUGA: Hadapi Pemilu 2024, DPC Demokrat Ciamis Mantapkan Pengurus Ranting
Setiap hari dia berangkat dari rumahnya mengenakan rompi hijau dengan membawa peluit dan lampu rambu lalu lintas untuk memastikan lalu lintas di persimpangan Kertasari, Jalan Raya Ciamis-Banjar berjalan dengan tertib.
Fiki tidak sendiri, dia melakukan tugas mulia tersebut setiap pukul 18.00 hingga pukul 22.00 WIB. Semantara jadwal pagi hari hingga sore hari diisi oleh warga sekitar lainnya yang tergerak untuk menjadi sukarelawan.
Sudah berjalan selama tujuh tahun pria yang berusia 40 Tahun asal Kertasari itu melakoni tugas mulia sebagai sukarelawan di persimpangan.
“Tidak ada pembagian waktu kerja siapa saja boleh kalau hatinya tergerak melakukan aksi sukarelawan, saya mengatur lalu lintas dari pukul 6 sore sampai pukul 10 malam,” kata dia kepada fokusjabar.id, Senin (20/2/2023).
Melakukan pekerjaan mengatur lalu lintas di persimpangan acap kali membuat dirinya mengalami kejadian yang membuat hati sedikit gondok. Salah satunya banyak pengendara bebal yang menerobos persimpangan tanpa menunggu aba-aba yang diberikan oleh pengatur lalu lintas.
“Banyak yang lewat susah diatur itu sangat bahaya bisa menjadi faktor utama terjadinya kecelakaan lalu lintas,” ucapnya.
Menurutnya, jika menjadi sukarelawan dijadikan sebagai pekerjaan utama itu tidak akan bisa membuat dapur menjadi ngebul karena penghasilan yang didapatkan tidak menentu tergantung kesadaran dari para pengguna jalan. Dia mengaku hanya bisa mendapat uang Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
“Penghasilan tidak saya jadikan acuan itu mah nomor sekian yang penting itu ikut andil karena saya juga warga sekitar sini harus ikut membantu yaa minimal jadi sukarelawan,” jelasnya.
BACA JUGA: Perahu Nelayan Di Pangandaran Dihatam Ombak, Kerugian Mencapai Ratusan Juta
Tidak ada paksaan untuk memberi kepingan receh terhadapnya, namun, dia berharap agar pengguna jalan bisa saling menghargai caranya dengan menaati lalu lintas dan mengikuti setiap instruksi yang diberikan agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas.
“Yaa intinya harus saling menghargai, menghargai yang menyebrangkan. Mudah-mudahan selamat,” ucap Fiki.
Namun demikian, Fiki mengaku bahwa Pemerintah Kabupaten Ciamis memberikan dukungan penuh terhadap para sukarelawan di persimpangan.
“Kalau bantuan tinggal meminta soalnya otomatis Banpol masuknya. Ya membantu, mendukung selama kita mengikuti aturan yang jelas kita sukarelawan sebagai warga setempat ikut andil dalam keselamatan berlalu lintas di penyebrangan terutama di persimpangan Kertasari,” pungkasnya.
(Fuaza/Anthika Asmara)