Kamis 12 Desember 2024

Finlandia Sebut Kemungkinan Ada Andil Rusia di Pembakaran Al Quran

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Menteri Luar Negeri Finlandia, Pekka Haavisto mengatakan, kemungkinan ada campur tangan Rusia dalam aksi pembakaran Al Quran yang dilakukan politikus sayap kanan Rasmus Paludan di Swedia.

“Ada potensi hubungan Paludan dan Rusia yang telah ditemukan,” kata Haavisto, Senin (30/1/2023).

Jika benar ada keterlibatan Rusia dalam aksi pembakaran Al Quran, Haavisto menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa dimaafkan.

BACA JUGA: 6 Warga Palestina Tewas dalam Baku Tembak dengan Israel

Sementara itu, pemerintah Swedia belum berkomentar terkait pernyataan Haavisto ini, terutama soal keterkaitan antara Paludan dan Rusia. Tetapi, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mencatat bahwa “kekuatan yang mungkin ingin menghalangi Swedia untuk bergabung dengan NATO”.

“Ada kekuatan, baik dari luar maupun dari dalam Swedia yang ingin menghalangi negara kami masuk NATO. Kita perlu melihat provokator yang ingin memperburuk hubungan Swedia dengan negara lain,” ucap Kristersson, melansir IDN.

Saat ini, memang hanya Turki dan Hongaria yang belum meratifikasi aplikasi keanggotaan Swedia ke NATO.

Akibat kisruh pembakaran Al-Qur’an ini, Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom menyatakan proses permohonan negaranya untuk menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO telah dihentikan sementara waktu.

“Peristiwa selama beberapa pekan terakhir untuk sementara menyebabkan proses itu terhenti,” kata Billstrom kepada surat kabar Expressen, dikutip dari Xinhua.

Namun, ia menambahkan bahwa pemerintah Swedia saat ini sedang menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk mempercepat proses tersebut.

Meski demikian, sejak awal kisruh insiden tersebut, Haavisto, pada Selasa (24/1/2023) mengatakan bahwa negaranya mempertimbangkan untuk bergabung NATO tanpa Swedia. Ini karena Turki terus memblokir upaya Stockholm.

Swedia dan Finlandia adalah dua negara Nordik yang selama puluhan tahun memilih untuk netral. Tapi ketika Rusia menginvasi Ukraina, dua negara itu merasa keamanan Eropa terancam sehingga memilih untuk bergabung dengan aliansi NATO.

Pada Mei 2022, dua negara menghadirkan persatuan dan bersama-sama mendaftar aliansi tersebut. Kini, perkembangan politik kemungkinan mengubah persatuan itu.

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img