Senin 9 Desember 2024

Pengelolaan Limbah Ternak yang Baik Dapat Berprospek Ekonomi

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Limbah, termasuk limbah ternak, selalu dipersepsikan sebagai sesuatu yang kotor. Namun jika dapat diolah dengan baik, bukan tidak mungkin limbah ternak dapat memberikan nilai samping ekonomi bagi peternak.

Ibarat dua sisi pedang, limbah ternak merupakan hasil samping dari usaha ternak yang dapat memberikan dampak negatif ataupun positif. Sebagai gambaran mengenai kuantitas limbah yang dihasilkan, setiap hari sapi menghasilkan limbah hampir sepersepuluh bobot yang meliputi pakan ternak yang tercecer dan kotoran (termasuk urin). Praktis kedua limbah ini secara langsung tidak dapat memberikan nilai ekonomi.

Dalam pengelolaan limbah ternak sehingga ramah lingkungan dan berprosepek ekonomi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (Unpad) serta Tim Sekolah Farmasi ITB berkolaborasi. Pelatihan digelar di Desa Tanjungsari, Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya.

Dalam pelatihan tersebut, hadir Dr. Anriansyah Renggaman dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB serta Dede Zamzam Badruzzaman, S.Pt, M. Si dari Fakultas Peternakan Unpad. Sementara tim Sekolah Farmasi ITB diwakili Dr. Hegar Pramastya, Dr. Yuda Nugraha, Tomi Hendrayana, M.Si, Ariranur Hanifadli M.S.Farm, dan Bambang Trilaksono M.S.Farm.

“Pelatihan ditujukan untuk memberikan perspektif lain kepada peternak mengenai limbah dan cara pengolahan yang baik. Pelatihan meliputi forum diskusi secara luring dan pelatihan praktis di tempat, kata Dr. Anriansyah Renggaman.

Pelatihan praktis digelar di Balai Desa Tanjungsari dan dilakukan selama dua tahap yaitu pelatihan proses dekomposisi awal serta pelatihan pembuatan produk pupuk cair dan pakan imbuhan ternak. Pelatihan dekomposisi awal limbah ternak dilaksanakan pada tanggal 12 November, sedangkan pelatihan lanjutan akan dilaksanakan pada 10 Desember 2022.

fokusjabar.id limbah ternak ekonomi
Pelatihan Pengelolaan Limbah secara Terintegrasi sebagai Solusi Penanganan Limbah Ternak yang Ramah Lingkungan dan Berprospek Ekonomi. (FOTO: Istimewa)

“Salah satu elemen penting dalam pengelolaan limbah organik, termasuk limbah ternak, adalah pengomposan. Hampir sebagian besar kendala dalam pengolahan limbah terjadi karena kesalahan pengomposan,” kata dosen ahli pengelolaan limbah ternak dari Universitas Padjadjaran, Deden Zamzam Badruzzaman.

Pengomposan, lanjut dia, merupakan proses pengubahan material organik menjadi anorganik. Proses pengomposan yang tepat dapat menghindarkan kolonisasi mikroba merugikan yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan ataupun tumbuhan ketika digunakan sebagai pupuk.

“Pengomposan atau dekomposisi awal dilakukan selama dua pekan. Setelah tahap ini, dapat dipilih tahap lanjutan yang diinginkan. Sekiranya limbah ternak hanya diharapkan menjadi pupuk kompos padat konvensional maka proses pengomposan dapat dilanjutkan hingga satu bulan,” Deden menerangkan.

Deden menambahkan, proses pengomposan dapat pula dilanjutkan dengan bantuan cacing tanah. Proses ini disebut sebagai vermikompos.

Keterlibatan cacing tanah dalam proses pengomposan, kata Deden, dapat memberikan setidaknya dua keuntungan. Yakni cacing tanah membantu mempercepat proses dekomposisi serta cacing tanah membantu memperkecil ukuran materi limbah yang didekomposisi.

“Selain menghasilkan pupuk kompos, baik pupuk kompos padat ataupun vermikompos, pengomposan dapat dilanjutkan untuk menghasilkan produk pupuk cair dan pakan imbuhan,” kata dia.

Untuk menghasilkan kedua jenis produk ini, Deden mengatakan, diperlukan proses ekstraksi dari hasil pengomposan awal. Ekstrak yang didapatkan kemudian difermentasikan selama dua pekan.

“Pada proses fermentasi dapat ditambahkan molase jika diinginkan produk berupa pakan imbuhan,” kata Deden.

Pengolaan limbah ternak dapat menjadi jembatan integrasi antara peternakan dan pertanian. Pada kedua aktivitas tersebut dapat dihasilkan limbah.

Melalui pengomposan yang benar, limbah ternak dapat diubah menjadi pupuk untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Selanjutnya, limbah pertanian seperti jerami padi, batang jagung, atau rumput-rumputan yang dihasilkan dari sebagai limbah pertanian diharapkan dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.

BACA JUGA: Rangga Sunda Empire Meninggal Dunia

Perwakilan tim Sekolah Farmasi, Dr. Hegar Pramastya berharap, pelatihan yang dilakukan dapat membantu mengubah cara pandang peternak dalam mengolah limbah organik yang dihasilkan. Dengan penanganan yang tepat lingkungan dan terpadu sekitar tempat usaha ternak akan relatif lebih sehat dibandingkan penanganan secara tradisional karena polusi limbah yg minim.

“Peternak pun tidak hanya mendapatkan nilai jual akhir hewan atau produk yang dihasilkan oleh hewan ternak seperti susu atau telur, namun juga mendapatkan faedah dari produk olahan limbah baik sebagai pupuk kompos padat, pupuk cair, ataupun pakan imbuhan ternak,” kata Hegar.

(Ageng)

Berita Terbaru

spot_img