BANJAR,FOKUSJabar.id: Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisip) Bina Putra melakukan program pemberdayaan masyarakat pedesaan di Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat.
Program tersebut bertujuan untuk membangkitkan kondisi masyarakat di Desa terlebih di masa pandemi covid-19 guna menjadikan mereka lebih inovatif, kreatif dan mandiri.
Seorang Mahasiswa Stisip BP, Donny Irawan mengatakan kelompok KKN nya program pemberdayaan masyarakat pedesaan ini merupakan salah satu implementasi dari hasil pembelajarannya selama ini.
BACA JUGA: Diduga Konsumsi Miras, Pelajar di Kota Banjar Coba Bunuh Diri
“Di Kampus kita belajar, dan saat KKN sekarang kita implementasikan ke masyarakat supaya ilmu yang didapat dari bangku kuliah bisa bermanfaat untuk masyarakat,” katanya kepada wartawan. Kamis (11/8/2022).
Donny mengatakan dalam program ini dia bersama kelompoknya menggelar kegiatan penanaman 1000 pohon yang bertujuan mengajak masyarakat di desa bisa mencintai lingkungan dan bisa memanfaatkan hasil dari tanaman yang ditanamnya.
“Dalam penanaman pohon ini ada berapa jenis pohon yang ditanam untuk masyarakat Desa Kujangsari, yaitu Pohon Mahoni, Jati Bodas, Trembesi,” kata dia.
Dia menyebutkan kegiatan ini dilakukan dengan berkolaborasi bersama pihak Desa, lapas Kelas IIB, Lembaga Stisip BP dan Pemerintah Kota Banjar, Jawa Barat.
Selain itu, Donny yang merupakan kelompok KKN 1 Stisip Bina Putra mengatakan pihaknya pun telah melakukan beberapa kegiatan lainnya seperti memberikan pelatihan terhadap para pelaku usaha yang ada di desa dalam memasarkan produk dengan sistem digitalisasi.
“Jadi sesuai tema dalam program ini, Kami mengharapkan masyarakat di desa bisa bangkit, baik dalam segi ekonomi, pendidikan dan yang lainnya. Kami juga berharap dengan diberdayakan nya masyarakat bisa melahirkan desa yang mandiri di Banjar,” ujarnya.
Ketua Lembaga Stisip Bina Putra, Tina Cahya Mulyatin menambahkan, kegiatan KKN ini merupakan wujud pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
Dimana Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu kegiatan yang erat sekali dengan praktek mahasiswa di perguruan tinggi, dimana mahasiswa yang hampir mendekati akhir semester akan menjalankan KKN.
“Jadi KKN disini Mahasiswa akan belajar mengabdi, mengajar, dan berbaur dengan masyarakat,” tuturnya.
Tina mengatakan dalam kegiatan KKN kali ini pihaknya telah melepas 4 kelompok mahasiswa dari Lembaga perguruan tinggi yang dinahkodainya untuk melakukan kuliah kerja nyata di beberapa Desa yang ada di Banjar.
“Untuk Mahasiswa yang mengikutinya kurang lebih ada sebanyak 70 mahasiswa/i, kami berharap mereka bisa melakukan KKN dengan baik dan bisa bermanfaat untuk masyarakat seperti contoh yang dilakukan oleh kelompok KKN 1 ini,” kata Tina.
Tina mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi dengan program-program yang dilakukan kelompok KKN 1 ini, dimana mereka sangat bisa mengimplementasikan teori dari pembelajaran selama ini.
“Saya berharap dengan kegiatan seperti ini dan program-program yang dilakukan mahasiswa itu nantinya bisa menjadi bekal bagi mereka setelah lulus nanti,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota, Nana Suryana yang juga menghadiri kegiatan KKN Stisip BP ini mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi, dimana mahasiswa kuliah kerja nyata ini real bisa berbaur dengan masyarakat.
“Mereka melakukan berbagai kegiatan yang simbiosis mutualisme dimana mahasiswa dengan pengetahuannya bisa membantu pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Kujangsari,” ujarnya.
BACA JUGA: Demokrat Banjar Datangi KPU, Ada Apa?
“Jadi bagaimana mahasiswa membantu masyarakat dalam peningkatan UMKM mulai dari pengemasan dan pemasaran produk pelaku usaha dengan digitalisasi,” kata dia menambahkan.
Disinggung kondisi pedesaan di Kota Banjar, Nana mengatakan dari 16 Desa yang ada ini hampir semuanya sudah mendekati ke arah Desa mandiri.
Bahkan dikatakan Nana berdasarkan laporan dari pihak Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kota Banjar sudah semuanya mandiri.
“Salah satu buktinya tidak akan dikasih mobil Maskara dari Provinsi Jawa Barat jika Desa itu tidak mandiri, dikira sudah 11 tinggal 5 padahal mereka juga sudah Desa tetapi mungkin jatah dari provinsinya belum ada, Mudah-mudahan tahun ini bisa memperjuangkan kembali agar 16 Desa di Banjar memiliki Mobil Maskara,” pungkasnya.
(Budiana Martin/Anthika Asmara)