BANDUNG, FOKUSJabar.id: Pemulihan ekonomi Provinsi Jawa Barat berlangsung dengan baik di tengah pandemi COVID-19. Namun, sejumlah risiko dan tantangan masih perlu diperhatikan oleh semua stakeholders.
“Kita sebagai sebuah bangsa belum merasakan dampaknya karena hari ini stok pangan masih mencukupi,” kata Ketua Harian Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Jabar, Ipong Witono dalam West Java Talk–The Latest Economic Recovery Issues, Sabtu (23/7/2022).
Tantangan pemulihan ekonomi Jabar, lanjut dia, mulai dari perubahan iklim sampai konflik geopolitik yang menekan ekonomi global. “Tapi, kita semua mendengar jika inflasi akan menekan perekonomian,” Ipong menambahkan.
Dari 15 negara terancam resesi, Ipong mengatakan, Indonesia berada di nomor 14. Hal ini menjadi ukuran negaranya Astronesia atau Australia dan Asia.
“Kita tidak boleh terlena, dan suasana sense of crisis di Jabar ini belum terasa,” dia mengingatkan.
Untuk menghadapi tantangan dan risiko perekonomian yang sudah berada di depan mata, KPED Jabar menggagas sejumlah langkah antisipasi.
Pertama, KPED Jabar berupaya mengintegrasikan kebijakan parsial menjadi holistik dalam mengelola rantai pasokan melalui supply chain center.
Kebijakan ini akan menyatukan 296 aplikasi yang dimiliki Jawa Barat untuk memetakan neraca pangan dan perdagangan di Jawa Barat.
“Sedang disusun. Sudah satu tahun ini. “Kita akan mulai dengan model bisnis di komoditas ayam. Nanti diduplikasi,” kata dia.
BACA JUGA: Bupati: Bank di Ciamis Harus Terasa Manfaatnya bagi Masyarakat
Langkah kedua, KPED Jabar membuat gerakan gastronomi. Gerakan tersebut merupakan gerakan berbasis ketahanan pangan di desa.
Selain memperkuat ketahanan pangan, gerakan tersebut diharapkan dapat menggerakkan sektor UMKM serta mendongkrak sektor pariwisata dan kuliner Jabar berbasis ekonomi perdesaan. Sekaligus mengembalikan pola konsumsi pada tradisi lokal agar mengurangi ketergantungan pasokan makanan impor.
Menurut Ipong, ada banyak negara yang berhasil menggerakkan ekonomi pariwisata melalui pangan lokalnya. Seperti Jepang dan Korea Selatan.
“Kita belajar bagaimana Jepang mengekspansi melalui makanan dan lain sebagainya. Kita semua pernah makan sushi. Dan kita sendiri punya material yang banyak yang belum kita satupadukan. Ini potensi yang besar dan berimplikasi pada pariwisata, UMKM, dan juga tentunya kemandirian pangan,” dia menjelaskan.
Selain itu, Ipong mengemukakan jika pemulihan ekonomi yang KPED Jabar gagas akan berbasis gerakan masyarakat. Tujuannya, untuk merancang kembali ekosistem ekonomi Jabar yang mandiri, produktif, dan berdaya saing.
“Ini akan menata kembali tata kelola ekonomi Jabar berbasis budaya, keunggulan kompetitif, dan kebutuhan wilayah. Membangun perdagangan wilayah berbasis ekonomi masyarakat sesuai dengan potensi wilayah,” kata dia.
(Budiana Martin/Ageng)