TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Ketua Perkumpulan Pelayang Indonesia (Pelangi) Kabupaten Tasikmalaya, Deri Nurjayadi optimis jadi juara di Forprov Jabar di Sumedang, 11-12 Juni 2022.
“Ada dua kategori perlombaan layangan di Forprov nanti, yaitu kategori gibrig ulur (giblur) dan free style (adu bebas) di udara. Dari kedua kategori ini kita optimis merajai,” kata Deri, Selasa (31/5/2022).
Untuk menang di even Forprov terang dia, Pelangi yang merupakan Induk Organisasi ( Inorga) di bawah Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Tasikmalaya, akan menerjunkan 8 atlet. Empat atlet untuk masing-masing kategori.
BACA JUGA: KORMI Kabupaten Tasikmalaya Berkemas Untuk Forprov
“Mereka adalah atlet pilihan terbaik hasil seleksi yang dilakukan pada bulan April 2022 lalu. Seleksi diikuti oleh 12 Komunitas Layangan Tasikmalaya (KLT) yang tersebar di 13 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya,” ujar dia.
Dan kedelapan atlet tersebut terang Deri, rata-rata memiliki pengalaman tanding yang tidak sedikit, baik di even kabupaten maupun tingkat provinsi bahkan nasional.
Deri menjelaskan, terkait teknis permainan pada kategori giblur dibagi dua babak. Babak pertama, layangan milik atlet yang satu berada di bawah layangan atlet lawan. Begitu sebaliknya pada babak kedua.
Dalam menentukan posisi atas (memukul) atau menunggu pada babak pertama ini jelas dia, dilakukan secara undi atau istilah dalam dunia pertandingan layangan itu adalah “dicentring” oleh wasit.
“Setelah peluit wasit berbunyi, layangan lawan memukul dari atas kemudian ditarik pendek dengan frekuensi cepat atau “digibrig” lalu dilepas atau diulur. Rata-rata butuh 10 menit untuk menjatuhkan lawan hingga layangan lawan lepas. Metode permainan giblur ini dikenal dengan istilah dicrikcrik,” kata Deri.
Adapun pada kategori free style terang dia, antara layangan yang satu dengan layangan lawan, bebas mengambil posisi dan bebas melakukan cara bermain, namun dalam koridor tertentu yang telah ditetapkan panitia.
Lebih lanjut Deri membeberkan, kemenangan dalam perlombaan layangan ini tidak semata-mata karena kemampuan/keterampilan (skill) atlet. Karena ada faktor lain yang juga sangat menentukan. Yaitu layangan dan gelasan.
Untuk itu kata dia, para atlet wajib memiliki kemampuan membuat layangan sebaik dan sebagus mungkin sesuai aturan baku dalam giblur atau free style. Termasuk gelasannya harus yang istimewa.
Namun ucap dia, ada faktor penunjang kemenangan lain yang sulit diukur yakni hoki.
Menurutnya, jenis dan kualitas layangan dimanapun hampir standar, dengan menggunakan kertas telur dan bambu temen atau tali.
Gelasan juga tidak jauh berbeda di setiap daerah termasuk gelasan Garut, sebagai kiblat Jabar dalam hal layangan dan gelasan yang fenomelal. Rata-rata menggunakan beling/silikon, cat dan pereka.
“Namun ketika sudah bertanding, semua percaya pada hoki masing-masing atelet,” kata Deri sambil tersenyum.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Belum Pastikan Pramusim Liga 1 Bisa Dihadiri Penonton
Dia menambahkan, untuk atlet Kabupaten Tasikmalaya, masing-masing membawa 5-10 buah layangan dengan ukuran sesuai kategori yakni giblur 105-115 centimeter dan free style (FS) ukuran 53-58 centimeter.
“Baik layangan maupun gelasan, semua kita gunakan produk hasil sendiri. Kepada masyarakat Kabupaten Tasikmalaya kami mohon dukungan doa sehingga kami sukses dan membawa harum nama Kabupaten Tasikmalaya menuju Fornas Nanti,” ucap dia.
(Farhan)