BANDUNG,FOKUSJabar.id: Chief Executive Officer Sea Group yang merupakan induk dari e-commerce Shopee Forrest Li mengatakan, perusahaan mengalami penurunan valuasi US$150 milyar (Rp 2.145 triliun) sejak akhir tahun 2021.
Memo tersebut menandai penurunan nilai perusahaan untuk ketiga kalinya, dan penurunan saham terbesar. Li menyebut hal ini sangat menyakitkan.
“Penurunan ini menyakitkan dan Anda mungkin merasa frustrasi, berkecil hari atau khawatir mengenai masa depan Sea,” kata Li dalam memo kepada karyawan Sea Group.
“Jangan takut: kita berada di posisi kuat secara internal dan kita punya langkah yang jelas selanjutnya. Ini adalah rasa sakit jangla pendek yang harus kita tanggung untuk benar-benar memaksimalkan potensi jangka panjang,” kata dia, seperti dilansir CNBC, Senin (14/3/2022).
BACA JUGA: Rusia Blokir Instagram Gegara Dihujat Dunia
Investor global telah lama puas dengan kinerja perusahaan, hingga pada akhirnya membiarkan Sea menjalankan bisnisnya. Sejak 2017 hingga 2021, harga saham Sea di bursa saham Amerika Serikat sudah naik 2.300%.
Namun berubah sejak November, yakni saat laporan kuartalan yang mengecewakan memicu aksi profit-taking.
Aksi jual itu itu makin dipercepat pada bulan Januari, yakni saat perusahaan mengumumkan akan menjual sebagian sahamnya. Hal itu makin diperparah dengan larangan India di bulan Februari.
Menurut laporan, Sea telah kehilangan tiga perempat nilai perusahaan hanya dalam waktu lima bulan saja.
Setelah hasil mengecewakan tersebut, Forrest Li akhirnya jauh lebih terbuka atas kejadian di perusahaannya.
Pemegang saham Kelvin Seetoh mengatakan, ini karena penurunan harga saham.
“Jika bukan karena penurunan harga sama, Sea mungkin tidak akan mengungkap begitu banyak metrik. Mereka bisa melakukan ini untuk memungkinkan investor memahami bisnis mereka dengan lebih baik dan itu belum terlambat,” kata Seetoh yang juga salah satu pendiri grup investor 10X Capital.
Para karyawan Sea Group juga menuntut untuk mengetahui lebih banyak informasi.
Saat webinar beberapa waktu lalu, terdapat banyak karyawan Shopee yang ingin mendengari dari analis yang tidak punya hubungan dengan perusahaan.
Menurut sejumlah sumber, ini juga menjadi perdebatankan di internal seberapa banyak perusahaan harus lebih terbuka kepada publik.
(Agung)