Kamis 12 Desember 2024

Resesi Seks! Ini Daftar Negara Asia yang Terdampak

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Beberapa negara Asia sedang mengalami resesi seks. fenomena tersebut adalah menurunnya mood untuk menikah dan melakukan hubungan seksual.

Resesi sendiri artinya kemerosotan. Dalam istilah ekonomi, resesi dipakai saat terjadi pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.

Di sejumlah negara, resesi seks kini muncul sebagai dampak dari sejumlah masalah. Covid-19 juga menjadi salah satu biang keladi yang menghambat rencana pasangan untuk menikah dan menjadi orang tua.

BACA JUGA: Covid Inggris Berakhir! PM Cabut Aturan Prokes dan Isoman

Perubahan iklim (climate change) juga disebut memperburuk fenomena ini. Kedua ‘ancaman’ dunia ini makin membuat banyak orang menunda kehamilan dan mendapatkan anak.

Fenomena resesi seks di Korsel tidak terjadi baru-baru ini, ketika pandemi melanda dunia, tetapi memang sudah sejak lama. Ini terjadi karena banyak faktor.

Kelompok feminis itu bernama ‘4B’ atau ‘Four Nos’, yang merupakan kepanjangan dari no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing‘, yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.

Malasnya orang memiliki anak terjadi di Cina. Hal ini membuat pemerintah secara mengejutkan memperbolehkan pasangan memiliki tiga anak sejak Mei 2021.

Ini merupakan kebijakan besar di negara terpadat penduduknya itu. Selama ini Cina mengontrol ketat jumlah penduduknya dengan hanya mengizinkan satu keluarga memiliki dua anak.

Dari sensus nasional yang dilaporkan 11 Mei lalu, tingkat pertumbuhan tahunan Cina rata-rata adalah 0,53% selama 10 tahun terakhir. Ini turun dari tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 0,57% antara tahun 2000 dan 2010.

Beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jepang menyatakan jumlah bayi yang lahir di Negeri Sakura tahun 2020 telah anjlok hingga ke rekor terendah. Banyaknya pasangan yang menunda pernikahan dan memiliki anak di tengah pandemi global menjadi alasannya.

Data Kemenkes Jepang mencatat jumlah kelahiran bayi turun menjadi 840.832 pada 2020, turun 2,8% dari tahun 2019 sebelumnya. Jumlah angka ini juga terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899, sebagaimana dilansir dari Reuters.

Negara tetangga RI rupanya juga mengalami fenomena ini. Jumlah pernikahan di negara itu turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir sementara kelahiran warga juga tergelincir ke level terendah selama tujuh tahun.

Mengutip Channel News Asia (CNA), ada 19.430 pernikahan tahun lalu. Jumlah ini turun 12,3% dari tahun sebelumnya 22.165. Ini juga jadi catatan terendah sejak 1986, ketika ada 19.348 pernikahan.

“Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka,” ujar rilis Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional Singapura, dikutip Kamis (30/9/2021).

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img