spot_img
Jumat 19 April 2024
spot_img
More

    Omicron Mengintai, Momentum Akselarasi Vaksinasi Booster

    BANDUNG,FOKUSJabar.id: COVID-19 variant Omicron mulai mengancam terjadinya lonjakan kasus positif gelombang ketiga di Indonesia.

    Terlebih kasus positif suspect Omicron mulai terungkap di daerah, yakni ‘dibawa’ orang-orang dari luar negeri, salah satunya Jawa Barat (Jabar).

    Di Jabar ada 14 warga terpapar Omicron, 10 orang di antaranya diisolasi di Wisma Atlet Jakarta dan empat lainnya diisolasi di Kabupaten Bandung.

    Menurut anggota DPR RI Fraksi NasDem Muhammad Farhan, pemerintah daerah harus semakin berani meminimalisasi risiko penularan di segala titik mobilitas warga, menyusul munculnya Omicron.

    BACA JUGA: Menggila! Omicron Melonjak Jadi 414 Kasus di Indonesia

    “Saya ingin mengajak seluruh warga Bandung agar bersama-sama menjaga Protokol Kesehatan (Prokes). Sanes nyingsieunan, mung ngemutan (bukan menakut-nakuti, tapi mengingatkan). Lebih baik menjaga dan mengoptimalkan skema PPKM dengan berbagai level. Kita warga Bandung menantikan ketegasan Pemkot untuk hal ini,” kata Farhan melalui rilisnya, Rabu (12/1/2022).

    Paparan Omicron tidak terhindarkan karena tidak adanya penutupan perbatasan dari mobilitas luar negeri (PPLN). Artinya, ketegasan Satgas di gerbang masuk PPLN di Indonesia sangat penting. Pihaknya tidak ingin ada kebocoran, karena warga masih trauma oleh ledakan varian Delta bulan Juli-Agustus tahun lalu.

    Merebaknya Omicron inipun harus menjadi momentum Kementrian Kesehatan (Kemenkes) untuk menyegerakan vaksinasi booster secara merata.

    “Janji pak Jokowi pertengahan Januari 2022 booster diberikan gratis. Maka pernyataan ini harus didukung dengan distribusi booster vaksin ke seluruh pelosok,” kata Farhan.

    Lonjakan gelombang ketiga akibat Omicron harus jadi atensi pemerintah. Bahkan pola penanganan pasien terpapar varian baru ini akan difokuskan di rumah.

    Namun, Farhan mengingatkan kemudahan masyarakat mendapat obat saat di rumah harus tergaransi.

    “Suplai obat-obatan untuk pasien isoman sering tidak tepat waktu dan tepat sasaran, sehingga banyak pasien isoman terpaksa keluar rumah untuk mencari obat – obatan yang dibutuhkan,” kata dia.

    Salah satu persoalan yang dihadapi saat isoman, yakni kurangnya pengawasan dari tenaga kesehatan, sehingga banyak pasien isoman yang terlambat dibawa ke rumah sakit saat gejalanya meningkat dari ringan menjadi sedang dan berat.

    Berbagai persoalan terkait treatment isoman COVID-19 tahun lalu harus menjadi pelajaran agar tidak terulang saat menghadapi lonjakan kasus Omicron ke depan.

    (LIN)

    Berita Terbaru

    spot_img