BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kutilang, Nilam, Cucak Kutilang (Burung Kutilang) adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Dalam bahasa Inggris disebut Sooty-headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah Pycnonotus aurigaster.
Mengacu pada bulu-bulu di sekitar pantatnya yang berwarna jingga, sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan.
Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) tampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga serta iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam.
BACA JUGA: 6 Alasan Burung Hantu Tak Dipelihara
Burung Kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder hingga ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan.
Burung Kutilang kerap berkelompok. Baik saat mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain.
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Cucak kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak di kebun.
Namun sebaliknya burung ini menguntungkan petani karena juga memangsa pelbagai jenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.
Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk berjemur dan mandi embun setiap pagi. Hal itu berguna untuk menjaga bulunya yang terus diminyaki. Minyak ini berasal dari bagian belakang dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan badan.
Burung Ketilang juga memiliki kebiasaan menaikan jambulnya bila senang maupun ingin buang air besar. Burung Ketilangpun memiliki masa “Mabung” yaitu saat dimana bulu yang lama rontok dan berganti bulu yang baru. Di saat Mabung burung Ketilang akan cenderung lebih diam baik secara suara maupun gerakan.
Sarang cucak kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember, dengan puncaknya April sampai September.
Burung ketilang menyebar luas di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara (kecuali Malaysia), Jawa serta Bali. Diintroduksi ke Sumatra dan Sulawesi, beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai didapati di Kalimantan.
Kicau burung kutilang ternyata sempat diabadikan dalam sebuah lagu. Anda tentu familiar dengan lagu tersebut bukan?
Dibalik lagu anak-anak terkait kutilang, ternyata ada fakta menarik dari burung endemik Indonesia ini.
Sayangnya, tak banyak yang mengetahui fakta tersebut. Kebanyakan masyarakat Indonesia justru menganggap Burung Kutilang sebagai burung pengganggu.
Biar tak terjadi kesalahpahaman lebih jauh terkait kutilang, ada baiknya kita membahas burung endemik tersebut secara detail:
- Persebaran yang Luas
Tahukah Anda kalau kutilang ternyata memiliki area persebaran yang luas? Burung ini sangat mudah dijumpai disekitar Asia Tenggara.Meski begitu, burung ketilang tak punya habitat tetap di Malaysia. Di Indonesia sendiri, kutilang tersebar di sebagian besar pulau, terutama Jawa dan Bali. Kedua pulau ini menjadi area persebaran awal kutilang, sehingga dikenal luas oleh masyarakat.
2. Rajin Berkicau
Jangan heran mendengar kutilang selalu berkicau sepanjang hari! Alasan ini pula yang membuat masyarakat suka memelihara kutilang.
Bahkan beberapa jenis kutilang bisa menirukan kicauan burung lain. Kicauan yang ditirukan biasanya berasal dari spesies yang sama.
Jenis kutilang yang kerap menirukan kicauan burung lain adalah trucukan. Ia akan berkicau layaknya kicauan kutilang biasa, cendet, ataupun codet ijo. Pantas saja kutilang trucukan dikatakan burung cerdas, sebab mampu mengimitasi suara kicauan burung lain.
3. Mudah Beradaptasi
Pernahkah Anda melihat burung kutilang berkumpul dengan burung lain? Kebiasaan kutilang memang terbilang unik.
Ia tak segan menghampiri burung lain yang dalam sebuah komunitas, entah saat mencari makan ataupun bertengger.
Menariknya, kutilang tak mengganggu aktivitas burung lain. Kehadirannya pun terkesan tak begitu mencolok, justru terlihat sangat membaur satu sama lain.
Mengingat sifatnya yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, burung ini pun sangat mudah dijinakkan. Jika Anda berminat memelihara kutilang, tak perlu khawatir kutilang bakal mengalami stres.
3. Merusak Kicauan Burung Lain
Dalam beberapa festival, Burung Kutilang seringkali dianggap pengganggu atau perusak. Saat burung kicau lain dipertemukan dengan kutilang.
Suara kicau kutilang mampu mengganggu kemampuan kicau burung tersebut. Pasalnya, suara kicau kutilang dianggap ‘mati’ oleh sebagian besar pencinta burung kicau.
Menyandingkan kutilang dengan burung kicau lain akan membuat suara kicau burung lain menjadi tak maksimal.
- Bentuk Kaki yang Unik
Kebiasaan kutilang bertengger di ranting ternyata didukung oleh bentuk kaki yang unik. Kutilang memiliki ruas kaki sejajar dengan ukuran yang kecil.
Walaupun kecil, ternyata kemampuan kutilang untuk mencengkeram ranting tak perlu diragukan lagi.
Daya cengkeram burung kutilang termasuk sangat kuat dan kokoh. Inilah yang memungkinkan kutilang mampu bertahan lama di atas pohon dan tak mudah terselip atau terjatuh.
- Mitos Memelihara Burung Kutilang
Sulit membenarkan atau menolak mitos yang hidup di tengah masyarakat. Salah satunya perihal memelihara kutilang di rumah.
Beberapa orang percaya kutilang mampu membawa keberkahan dan rezeki tak terputus. Pemilik rumah akan mendapatkan kebaikan bertubi-tubi, terutama dalam pekerjaan.
Mereka akan dihormati oleh orang sekitar, apapun keadaannya. Bisa dibilang kutilang sebagai tolak bala bagi para pemiliknya.
- Mudah Ditangkap
Tak ingin mengeluarkan uang untuk memiliki seekor kutilang? Anda bisa menangkap langsung burung kutilang di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Coba perhatikan, pasti banyak kutilang yang berkeliaran di area rumah. Terlebih kalau Anda mempunyai pohon buah atau sayur yang siap panen.
Kutilang suka makan buah dan sayur matang untuk bertahan hidup. Nah, biar Anda mudah menangkap kutilang, gunakan jerat simpul atau getah. Kedua cara ini sangat efektif mengungkung burung kicau tersebut.
- Burung Kelas Bawah
Kalau burung bisa diklasifikasikan berdasarkan kelas, kutilang mungkin masuk kelas bawah. Masyarakat masih menganggap kutilang bukanlah burung berkelas yang menarik untuk dipelihara.
Meskipun ia mempunyai kicau yang nyaring, sayangnya suara kicau kutilang tak terlalu memukau. Berbeda dengan murai, kicau kutilang dianggap mati.
Harga jualnya di pasaran pun sangat rendah, hanya berkisar ratusan ribu untuk kutilang berkicau emas.
- Resiko Rendah Mengalami Kepunahan
Beberapa spesies hewan telah dinyatakan mengalami kepunahan atau nyaris punah. Hal serupa terjadi pula pada spesies burung tertentu, seperti cendrawasih dan elang.
Namun tak demikian dengan burung kutilang yang dengan area persebaran sangat luas. Walaupun kutilang mengalami penurunan jumlah atau degradasi, populasinya tetap gampang ditemukan.
Aktivitas penangkapan atau perburuan kutilang tak berpengaruh terlalu besar atau least concern.
- Jenis yang Beragam
Saat ini, kutilang mempunyai 9 jenis yang tersebar luas di sekitar Cina Selatan maupun Asia Tenggara. Kesembilan jenis tersebut masih bisa ditemukan dengan mudah.
Subspesies atau ras kutilang mungkin tak sebanyak hewan lainnya, tetapi terbilang beragam. Para pencinta burung pasti bisa membedakan antara satu ras dengan ras lainnya dari ciri khas di tubuh sang burung.
Mengingat peluang kepunahannya sangat rendah, kutilang tentu bisa disaksikan oleh anak dan cucu kita nantinya.
- Ancaman bagi Populasi Burung Lawan
Melihat daerah persebarannya yang merata, kutilang sebenarnya menjadi spesies introduksi di beberapa wilayah.
Sebut saja Maluku yang terkenal dengan burung kipasan kebunnya. Kehadiran kutilang di daerah ini justru mengancam populasi kipasan kebun. Tak sedikit orang yang mengeluhkan hal tersebut, tetapi sayangnya tak ada cara efektif mempertahankan keberadaan burung lokal.
(Bambang Fouristian/berbagai sumber)