CIAMIS,FOKUSJabar.id: Pandemi Covid19 berdampak luarbiasa pada sektor ekonomi. Banyak pengusaha tidak mampu bertahan dan terpakasa menutup usahanya. Namun, kondisi tersebut tidak berlaku pada pelaku UKM Abon dan Dendeng asal Ciamis Novita Mustika Dewi.
Pelaku UKM asal Desa Rancapetir, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat tersebut mengaku malah mendapat hikmah dari Pandemi Covid19.
“Pandemi membuka mata saya, sebelumnya saya hanya mengandalkan penjualan offline saja. Tidak memaksimalkan penjualan Online. Melalui marketing penjualan online penjualan malah meningkat,” kata Novi, Selasa (24/11/2020)
Novi merupakan generasi ketiga, keturunan Bu Iloh pendiri Abon Rajawali yang melegendi di Ciamis.
BACA JUGA:Jelang Usia ke-30, JNE Raih Penghargaan Top Brand Award 2020 Untuk ke-7 Kalinya
Pendemi yang diikuti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kota – kota besar membuat permintaan Abon dan Dengdeng Ciamis meningkat.
Selain dari kota – kota besar di daerah Jawa, permintaan dari luar Jawa seperti Palembang, Palangkaraya sampai Makasar mulai berdatangan.
“Abon dan Dendeng termasuk makanan yang tahan lama, praktis cepat saji, sehingga menjadi pilihan untuk stok makanan di rumah. Alhamdulillah sampai sekarang pesanan tetap lancar,” ujar Novi.
Novi menuturkan, saat ini promosi penjualan dimaksimalkan melalui Medsos sampai E-commerce seperti Tokopedia dan lainya.
“Dari medsos permintaan reseller juga mulai bertambah sampai tiga kali lipat. Dari Bekasi, Bandung, Jakarta. Ada juga dari Palembang dan Makasar,” ungkap Novi.
Melihat peluang pasar yang bagus, Novi berinovasi dengan menambah varian produk baru. Ada abon pedas, paru-paru berbumbu beku, abon daging ayam, ayam katsu, termasuk menambah Mustofa yang menjadi best seller.
Untuk produksi pesanan rata-rata abon 500 kg per bulan dan dendeng 300 kg perbulan. Meski produksi terus bertambah, proses pembuatan abon dan dendeng masih mempertahankan cara tradisional.
” Untuk mempertahankan kualitas rasa, cara pembuatan Abon dan Dendeng Ciamis masih mempertahankan cara tradisional. Selain itu kemasan disesuaikan dengan permintaan. Saya berharap para pelaku UMK dapat tetap optimis dan jeli melihat peluang,” kagta Novita.
(Riza M Irfansyah/ Agung)