BANJAR, FOKUSJabar.id: Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjar membutuhkan solusi dalam memaksimalkan pengelolaan sampah. Pasalnya, fasilitas yang membantu mengatasi sampah belum dimiliki.
Salah satu peralatan yang belum dimiliki yakni Stungta yakni mesin yang sudah mendapat sertifikat ramah lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Namun sampai saat ini, DLH belum memiliki mesin tersebut meski pihaknya sudah menyampaikan jika Stungta bisa menjadi solusi dalam mengelola sampah ke Wali Kota Banjar, Ade Uu Sukaesih.
Selain itu, DLH Kota Banjar pun sudah mengajukan kebutuhan akan alat tersebut ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Banjar. Namun sampai saat ini, pihaknya belum mendapatkan kabar gembira terkait hal tersebut.
Meski demikian, DLH Kota Banjar mengatakan ketiadaan alat tersebut tidak menjadikan pengelolaan sampah kurang maksimal. Namun, Kepala Bidang Pengolahan Sampah DLH Kota Banjar Dede mengatakan jika pihaknya perlu dorongan dan sinergi semua pihak dalam menangani permasalahan sampah. Terutama dari Pemerintah Kota Banjar.
BACA JUGA: Lapas Ciamis dan Banjar Hijaukan Hutan Saguling
“Semuanya bisa teratasi jika kita semua bersinergi. Dalam mengelola sampah, kami tidak bisa sendiri tapi perlu keikutsertaan semua pihak. Baik pemerintah dan masyarakat,” kata Dede saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (3/11/2020).
Saat ini, lanjut dia, fasilitas yang DLH Kota Banjar masih belum bisa mencapai hasil yang maksimal. Akhirnya, banyak masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.
“Ya, fasilitas kita masih kurang dan kita tidak memiliki mesin stungta supaya bisa di operasikan dengan maskimal dalam mengelola sampah,” kata dia.
Kepala Seksi Pengolahan Sampah DLH Kota Banjar Dyah mengatakan, pihaknya pun pernah mengajukan mesin yang bisa menjadi solusi tepat dalam pengelolaan sampah di Kota Banjar.
“Kami sebelumnya pernah ke Bappeda mengajukan mesin stungta. Memang mesin itu mahal, tapi logikanya, saat ingin meraih hasil bagus ya pasti mahal,” kata Dyah.
Dyah menjelaskan pihaknya menginginkan mesin tersebut agar bisa mengurangi sampah ke TPA. Semakin bagus mesin, maka semakin mudah DLH kota Banjar mengelola sampah. Sehingga otomatis pengangkutan akan berkurang dan biaya operasional pun bisa dihemat.
“Mesin itu bisa beroperasi maksimal dan mengurangi beban biaya dalam pengolahan sampah,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, kesadaran masyarakat merupakan hal penting dalam mengelola sampah. Meningkatnya kesadaran warga dengan mengelola sampah sejak dari rumah, maka pengolahan sampah bisa diminimalisir.
“Kesadaran masyarakat sangat penting. Seperti saat libur panjang, saat ada imbauan, sampah tidak berserakan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara),” kata Dyah
Fungsi TPS sendiri, kata Dyah, untuk mereduksi sampah. Namun saat tingkat kesadaran masyarakat tinggi, maka akan terminimalisir dan diharapkan tidak ada pengangkutan lagi ke TPA.
“Jika kesadaran masyarakat tinggi, pengangkutan sampah ke TPA bisa berkurang atau bahkan berhenti di TPS. Dan jika kita punya mesin Stungta dimana sistemnya mobile, otomatis bisa bekerja dengan baik dengan catatan sampah bisa masuk seminimal mungkin ke TPS,” kata dia.
(Budiana/Ageng)