Kamis 12 Desember 2024

Kemensos Dorong Artherapy untuk Disabilitas Mandiri

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kementerian Sosial (Kemensos) sangat mendukung upaya pengembangan lanjutan, bahkan kerja sama dengan lebih konstruktif, terutama dalam peningkatan kapasitas kelembagaan Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di lingkungan Kemensos.

Demikian disampaikan Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat saat menghadiri acara penandatanganan MoU antara UKM Creative Business Of Difable Community (CIDCO) dan Artherapy Center Widyatama Bandung dengan Yayasan Komunitas Tionghoa Peduli dan PT Lintas Sinergi Jabarindo sebagai user/industri dalam program kerja bidang industri kreatif, di Artherapy Center Widyatama, Jl PHH Mustofa, Kota Bandung, Sabtu (31/10/2020).

Harry menyambut positif kesepakatan itu, terlebih hal itu bisa membuka kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, utamanya di dunia industri kreatif.

“Saya juga ingin mengetahui lebih jauh yang dilakukan CIDCO dan Artherapy Center,” kata Harry.

Dia mengatakan bahwa menyelengarakan pendidikan selevel Diploma 3 (D3) untuk disabilitas dan menggunakan pendekatan art therapy (terapi seni), yang utamanya membangkitkan kreativitas ini relatif jarang.

“Di Artherapy Center ini mereka akan mendapatkan sertifikat kompetensi dan akan menaikan kelas mereka. Dengan begitu, stigma negatif tergadap penyandang disabilitas akan terkikis seiring kemampuan mereka bersaing di dunia industri,” kata dia.

BACA JUGA: Kemensos Pantau Penyaluran Bansos di Kota Tasikmalaya

Untuk diketahui, desain grafis, kriya maupun musik bisa memberikan penghidupan layak bagi penyandang disabilitas, selama produk yang dihasilkan itu berkualitas dan disukai pasar.

Konsumen sangat menyukai produk yang dihasilkan para penyandang disabilitas. Bahkan, desain salah satu gerai kopi ternama merupakan karya salah seorang penyandang disabilitas.

“Saya sangat antusias, karena ini bisa membangkitkan respek terhadap kondisi kaum dengan kemampuan berbeda,” kata dia.

Dia menekankan agar Balai Rehabilitas Sosial bisa menjadikan artherapy ini sebagai kurikulum, sehingga ada prospek ke depan yang lebih maju.

“Karena akan ada peningkatan level, bukan sekedar terampil tapi ahli,” kata Harry.

Ketua Dewan Penasehat CIDCO Anne Nurfarina mengatakan bahwa art therapy merupakan sebuah peluang, karena memiliki fleksibilitas tinggi yang mengusung kemampuan fitrah seorang disabilitas.

“Kami menggunakan metode membangun respon komunikasi agar terjadi interaksi, lalu kami memberikan pengetahuan untuk mengubah stigma bahwa kecerdasan itu bukan hanya jago matematika,” kata Anne.

Dia tidak menyangkal bahwa konsep yang dilempar ke publik saat ini dianggap mengeksploitasi kaum disabilitas. Meski sebetulnya konsep ini bisa membuat mereka mandiri secara finansial, terlebih pihaknya pun mengajarkan sistem manajemen keuangan sederhana dan mudah dipahami.

“Ini konsep yang harus segera diwujudkan, tapi utamanya harus diterima oleh industri. Mudah-mudahan menjadi program berkelanjutan dan berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan lain,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Widyatama Sri Juniati mengatakan bahwa MoU yang melibatkan Kementerian Sosial sudah ditunggu sejak lama. Sebab, kata dia, penanganan masalah sosial tidak bisa dilakukan sendirian, baik orangtua, komunitas maupun akademisi, tetapi harus ada dukungan kuat dari pembuat kebijakan.

“Hadirnya Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos mempertegas tidak hanya kehadiran fisik, tetapi berkelanjutan untuk sekarang dan masa mendatang,” kata Sri.

Pihaknya berharap para penyandang disabilitas bisa semakin mandiri dan menjadi inspirator bagi masyarakat luas.

(LIN)

Berita Terbaru

spot_img