TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengunjungi sejumlah Pondok Pesantren (Ponpes) di Tasimalaya, Kamis (6/8/2020). Kunjungan itu dilakukan dalam rangka meninjau pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sejumlah Ponpes di tengah pandemi Covid-19.
Hasil kunjungan itu, Huda mendesak pemerintah untuk segera memberlakukan kembali pembelajaran tatap muka bagi pelajar di seluruh Indonesia yang berada di zona hijau dan kuning.
Sebab, kata dia, seluruh siswa yang selama ini mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah mulai tidak nyaman, sehingga proses belajar mengajar tidak efektif.
“Kami sering mendengar bahwa PJJ tidak efektif, belum maksimal. Hasil survei menunjukkan bahwa dari 68 juta siswa di seluruh Indonesia, tidak lebih dari 40 juta yang bisa mengikuti PJJ. Artiny ada 28 juta siswa tidak bisa mengikuti PJJ karena tidak punya smartphone, tidak punya pulsa dan lainnya,” kata Ketua DPW PKB Jabar itu.
BACA JUGA: Soal RUU Permusikan, Ini Kata Anggota Komisi X DPR RI
Menurut dia, PJJ harus segera dievaluasi dengan dipercepatnya kegiatan Pembelajaran Tatap Muka di sekolah. Di sisi lain, pemerintah pun harus mensubsidi smartphone dan pulsa bagi siswa-siswa kurang mampu.
“Kita sudah mendorong tapi size-nya besar, 68juta,” kata dia.
Dorongan pembelajaran tatap muka tersebut, kata dia, diperkuat dengan fakta hasil kunjungan secara langsung ke beberapa ponpes di wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Meskipun Tasikmalaya masuk kategori zona kuning penyebaran Covid-19, tetapi hampir seluruh ponpes di daerah tersebut memberlakukan proses belajar mengajar tatap muka.
“Faktanya bisa. Pesantren di sini menjadi role model, boarding school semacam ini malah aman. Saya berharap ini menjadi bagian dari kunjungan saya untuk meyakinkan ke sekolah-sekolah lain walaupun ini zona kuning, hijau kan boleh (PTM). Jadi dorongan saya agar zona kuning bisa masuk sekolah, tentu dengan protokol kesehatan,” kata dia.
Menurut dia, seluruh siswa di Indonesia butuh suasana baru, terlebih selama ini terkungkung di rumah dengan kegiatan PJJ setiap hari. Harus dipertimbangkan secara matang jika PJJ terus diberlakukan sampai akhir tahun para siswa bisa mengalami tekanan psikologis.
“Para siswa sudah rindu suasana sekolah. Kalau ini berjalan sampai akhir tahun, anak-anak bisa stress di rumahnya masing-masing. Karena itu, di ponpes ini adalah contoh bahwa pembelajaran tatap muka sangat mungkin dilakukan di zona kuning,” kata Huda.
Pesantren memberikan contoh bagaimana tidak terjadi kluster baru penularan Covid 19. Karena di pesantren secara sungguh-sungguh menerapkan protokol kesehatan.
Para pimpinan ponpes telah memberikan masukan positif dan semangat bahwa semua pihak tidak boleh menyerah dalam situasi apapun, karena proses pendidikan harus berjalan. Pondok pesantren telah membuktikan hal itu dengan tetap lancarnya proses pembelajaran dan pengajian meski dilakukan secara tatap muka.
“Pengajian maupun pendidikan formalnya semua bisa berjalan. Ini luar biasa. Kemampuan para pengurus ponpes memenej santri yang banyak juga menjadi contoh. Ini menginspirasi. Semoga pendidikan di tempat lain bisa kita lakukan,” kata dia.
(Olin)