TONGA,FOKUSJabar.id: Kerajaan Tonga meminta Cina merestrukturisasi besaran nilai utang, mengingat negara di kawasan Pasifik itu kesulitan menepati jadwal bayar yang ditetapkan oleh Bank Ekspor-Impor Cina (EXIM), Kamis (23/7/2020).
Kesulitan itu terjadi karena sektor pariwisata yang jadi sumber pendapatan utama Tonga terdampak parah oleh pandemi virus corona.
Kerajaan Tonga dijadwalkan membayar cicilan sebagian kecil utang pokoknya ke EXIM pada tahun ini sebelum nilainya naik pada 2023-2024. Periode itu, Tonga wajib mengalokasikan 15 persen pendapatan untuk membayar utang luar negerinya.
“Pemerintah menyiapkan strategi untuk pembayaran utang EXIM di masa depan dan mengajukan permintaan restrukturisasi dua jenis pinjaman yang diajukan,” kata pemerintah Tonga.
BACA JUGA: 98 WNI Jamaah Tabligh di India Dijatuhi Hukuman Denda
Otoritas Tonga tidak menanggapi pertanyaan terkait masalah itu. Dua sumber mengatakan Tonga telah mengajukan pembatalan pinjaman, tetapi belum mendapat jawaban dari Cina.
Kementerian Luar Negeri Cina di Beijing juga belum menanggapi pertanyaan terkait masalah itu.
Kerajaan Tonga merupakan negara di Pasifik Selatan yang paling banyak berutang ke Cina.
Tonga sempat mendapat penangguhan pembayaran untuk pelunasan utang pokok, meskipun utang itu tetap tidak terbayar.
Data pemerintah menunjukkan total utang luar negeri Kerajaan Tonga mencapai 186 juta dolar AS (sekitar Rp2,7 triliun) yang dua pertiga di antaranya diperoleh dari China.
Amerika Serikat beserta sekutunya di Barat khawatir Cina menggunakan utang untuk memperkuat pengaruh di Pasifik. Namun, klaim itu berulang kali disangkal Cina.
Selama lebih dari 10 tahun, sektor keuangan Tonga bergantung pada utang, yang salah satunya digunakan membiayai pembangunan ibu kota Nukualofa setelah kerusuhan massa.
Perekonomian Tonga bergantung pada bantuan dari luar negeri, remitansi/transfer uang rakyatnya yang bekerja di luar negeri, dan utang.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Februari 2020 mengatakan perekonomian Tonga masih menghadapi risiko tinggi dari beban utang luar negeri akibat pinjaman masa lalu, meskipun pengelolaan keuangan di negara itu telah dijalankan dengan hati-hati.
Sejauh ini, tidak ada kasus COVID-19 yang ditemukan di Tonga sehingga pemerintah melonggarkan sejumlah pembatasan di dalam negeri. Namun, pembatasan penerbangan dan perjalan di banyak negara membuat sektor pariwisata di kawasan Pasifik terpuruk.
“Sebagian besar uang yang masuk ke Tonga pada saat ini melalui remitansi,” kata pemilik Oholei Beach Resort, Simana Kami.
“Mereka yang tidak mendapat kiriman uang dari keluarga di luar negeri cukup kesulitan,” kata dia.
“Kami membuka usaha, tetapi tidak mampu balik modal. Ini cukup menyedihkan, di sini, kami menempati surga yang kosong,” kata Simana.
(Agung/ANT)