PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Jeje Wiradinata dinilai masih cukup perkasa untuk kembali memimpin Kabupaten Pangandaran untuk kali kedua. Sebagai incumbent, Jeje diprediksi melenggang mulus pada Pilkada Serentak Kabupaten Pangandaran yang akan dihelat 9 Desember 2020.
Berdasarkan hasil survey Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network terkait kecenderungan pemilih pada Pilkada Kabupaten Pangandaran yang disampaikan melalui zoom meeting, Sabtu (19/7/2020), elektabilitas Jeje Wiradinata masih cukup tinggi. Baik secara perorangan maupun berpasangan dengan kandidat lain.
Survei dilakukan Citra Komunikasi LSI Network pada 5-10 Juli 2020 dengan menggunakan metode multistage random sampling melalui wawancara tatap muka dengan jumlah responden 440 dan margin of error 4,8 persen.
Dalam simulasi perorangan, Jeje unggul jauh dengan 73,0 persen meninggalkan Adang Hadari dengan 23,0 persen. Begitu juga dalam simulasi berpasangan, pasangan Jeje Wiradinata-Ujang Endin Indrawan unggul telak 67,7 persen atas pasangan Adang Hadari-Supratman dengan 26,8 persen, menyisakan swing voter sebanyak 5,5 persen.
Pilkada Kabupaten Pangandaran 2020 sendiri sudah hampir dipastikan memunculkan pertarungan head to head dua incumbent. Yakni antara pasangan Jeje Wiradinata dan Ujang Endin Indrawan melawan Adang Hadari dan Supratman. Adang sendiri merupakan wakil bupati Pangandaran saat ini, Jeje Wiradinata yang pecah kongsi menjadi kompetitor.
BACA JUGA: Kapospol Selaawi Garut Peduli Penyandang Disabilitas
“Melihat posisi elektabilitas Jeje–Ujang Endin saat ini, tidak mudah buat Adang-Supratman memenangkan pertarungan. Terutama dalam kontek banyaknya variabel yang ditemukan dalam survei tentang sejumlah keunggulan Jeje dan pasangannya,” kata Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network, Toto Izul Fatah.
Variabel tersebut biasanya sering menjadi indikator kuat atau lemahnya seorang kandidat incumbent untuk terpilih kembali. Pertama, sebagai incumbent, Jeje memiliki tingkat kepuasan publik atas kinerjanya yang cukup tinggi yaitu 69,3 persen cukup puas dan 15,7 persen sangat puas. Jika digabungkan, publik yang merasa puas pada kepemimpinan Jeje tembus di angka 85 persen.
Angka kepuasan public yang tinggi ini biasanya menggambarkan calon incumbent yang berpotensi melenggang untuk terpilih kembali. Kedua, Jeje Wiradinata mempunyai bekal tingkat pengenalan dan kesukaan yang sangat tinggi yaitu 99,3 persen (pengenalan) dan 92,7 persen (kesukaan).
Ketiga, Jeje Wiradinata sudah mengantongi jumlah pemilih militan (strong supporter) yang juga tinggi yakni 35,4 persen. Sementara Adang baru di angkat 21,1 persen.
“Angka ini sering jadi indikator tingginya potensi keterpilihan seorang calon,” ujar Toto.
Dari pengalaman LSI melakukan survei, calon yang punya pemilih militant diatas 30 persen selalu memenangkan pertarungan. Faktor lain yang juga menjadi indikator potensi kemenangan, tergambar dari peta distribusi dukungan di aneka segmen demokrafis yang cukup merata. Baik suku, agama, gender, usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, dan bahkan sebaran dukungan di setiap zona dan dapil.
“Survei pun memotret penilaian publik atas kinerja Jeje dalam menangani wabah pandemi virus corona. Sekitar 82 persen publik di Pangandaran, menilai Jeje cukup baik sebesar 61,6% dan sangat baik sebsar 22,0 persen. Ini tentu menjadi bekal tambahan buat Jeje terpilih kembali karena menggambarkan tingkat kepuasan dan kesukaan serta respon positip publik kepada incumbent,” kata Toto.
Terkait dengan wakil, sejauh yang terpotret dari survei, belum ada sosok yang memberi andil suara tambahan cukup besar kepada kedua kandidat. Baik Jeje Wiradinata maupun Adang Hadiri.
“Supratman maupun Ujang Endin, masih harus kerja keras agar keberadaannya sebagai wakil bisa memberi sumbangan elektabilitas kepada pasangannya,” kata Toto menambahkan.
Survei LSI sebelumnya menemukan berbagai pekerjaan rumah bagi buat para kandidat yang akan bertarung di Pangandaran, termasuk para stakeholder seperti KPU sebagai penyelenggara. Yakni rendahnya pengetahuan publik terhadap pelaksanaan Pilkada Pangandaran 2020.
Hanya 9,3 persen publik yang mengaku tahu dengan menjawab tepat tanggal dan bulan pelaksanaan Pilkada yaitu 9 Desember 2020. Selebihnya atau sekitar 78,7 persen mengaku tidak tahu/tidak jawab/ dan salah menjawab kapan Pilkada dilaksanakan.
Isu krusial lain yang juga harus diwaspadai dan diantisipasi, khususnya dalam kontek agar Pilkada lebih berkualitas dan berjalan demokratis. Yakni masih tingginya respon publik terhadap money politic.
“Ada sekitar 57 persen publik di Pangandaran mengaku money politic sangat wajar (8,6 persen) dan cukup wajar (48,6 persen). Temuan data seperti ini biasanya menjadi goodnews buat calon yang berkapital besar dan badnews buat yang beramunisi pas pasan,” ujar Toto.
(Agus/Ageng)