Kamis 12 Desember 2024

Wisata Utama Kota Yogyakarta, Jalan Malioboro Bersolek Hadapi New Normal

YOGYAKARTA, FOKUSJabar.id: Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung menuju era new normal di kawasan wisata utama di Kota Yogyakarta, Jalan Malioboro terus dilengkapi. Yaitu dengan memberikan tanda untuk tempat berdiri di pedestrian.

“Kami buatkan tanda berupa tapak sepatu untuk tempat orang berdiri, supaya mereka bisa menerapkan aturan jaga jarak. Jarak antar tanda sekitar satu meter,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro, Ekwanto di Yogyakarta, Selasa (16/6/2020).

Menurut dia, tanda tempat orang berdiri tersebut akan ditempatkan di lokasi yang kerap menjadi lokasi kerumunan wisatawan saat menikmati suasana di Malioboro. Misalnya di sekitar tempat duduk.

Untuk saat ini, tanda tempat berdiri baru dipasang di ujung utara dan ujung selatan pedestrian Malioboro. Tanda tersebut akan terus diperbanyak dan diharapkan sudah selesai pada akhir pekan.

BACA JUGA: Sekolah Normal Baru, Kemendagri Libatkan Banyak Pihak 

“Baru sekitar 20 titik yang kami pasang. Tanda tersebut berwarna kuning dan akan menyala saat gelap,” tambahnya.

Pemasangan tanda tempat berdiri tersebut akan dilakukan dari ujung utara Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

“Di kawasan Titik Nol Kilometer, akan ada lebih banyak tanda karena lokasi tersebut kerap dipadati wisatawan,” terangnya.

Selain tanda tempat berdiri, di pedestrian Jalan Malioboro pun akan dilengkapi dengan tanda anak panah untuk menunjukkan alur pengunjung. Dengan demikian, tidak ada pengunjung yang saling berpapasan.

Pedestrian di sisi timur diberi tanda panah ke selatan. Sedangkan pedestrian sisi barat diberi tanda panah ke utara.

Tanda tempat berdiri dan anak panah tersebut melengkapi protokol baru yang diterapkan di Jalan Malioboro yaitu QR Code untuk pendataan pengunjung, pengukuran suhu tubuh pengunjung, penyediaan tempat cuci tangan, dan kewajiban mengenakan masker.

Sementara Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, penerapan QR Code tidak hanya dilakukan di area Jalan Malioboro. Tetapi di seluruh tempat usaha jasa pariwisata seperti hotel, restoran, mal, kafe, bahkan di pasar.

“Saat ini, QR Code dimanfaatkan untuk pendataan dan bisa digunakan untuk tracing jika muncul kasus positif COVID-19,” ujar Heroe.

Namun, lanjut Heroe, QR Code akan dikembangkan sebagai platform digital untuk mendukung promosi pariwisata di Kota Yogyakarta dengan penggunaan yang lebih mudah.

“Nantinya, saat memindai QR Code, pengunjung atau wisatawan akan memperoleh banyak informasi mengenai promosi wisata bahkan potongan harga yang ditawarkan pelaku jasa pariwisata,” tegasnya.

Heroe berharap, platform digital tersebut akan menjadi ekosistem pariwisata baru di Yogyakarta.

(ars/ant)

Berita Terbaru

spot_img