CIAMIS, FOKUSJabar.id : Wakil Ketua DPD Repdem Jawa Barat Bidang Buruh dan Tani, Agus Nurdin mengajak aktivis Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) di Jabar memuliakan kaum tani, berbekal spirit Bulan Bung Karno atau Soekarno (Presiden RI pertama).
“Ada spirit dari Bung Karno yang perlu kita junjung dan jaga, sebagai faunding father yang mengajarkan untuk senantiasa menghormati petani,” kata Agus, di Ciamis Minggu, (13/06/2020).
Sudah beberapa bulan Tanah Air ikut disibukan dengan pananganan wabah Covid-19, tidak hanya yeng berkaitan dengan kesehatan tetapi dengan masalah pangan.
Potensi krisis pangan menjadi tantangan. Sektor pertanian menjadi sorotan karena berkaitan dengan ketahanan pangan nasional. Untuk memastikan ketersediaan pangan ini tentu sangat bertumpu pada petani di perdesaan.
“Ujung tombaknya ada di petani. Tidak boleh bergantung pada impor. Maka bagaimana caranya, agar pertanian sebagai penunjang ketersediaan pangan bias terus terdorong gairahnya, tidak lesu. Ini yang harus kita sama-sama perjuangkan dalam bahasa kami muliakan,” kata Agus.
Menurut Agus ada beberapa hal yang harus diperhatikan pertama menjaga gairah peningkatan produksi pangan di tingkat petani, kedua akses masyarkat terhadap pangan.
BACA JUGA: Repdem Jabar Bagikan Parcel Jajanan Anak
Petani sebagai kunci tentu diharapkan selalu sehat dan tetap bekerja maksimal. Ketersediaan pangan juga sangat tergantung pada ketersediaan lahan. Akses petani terhadap lahan juga perlu diperhatikan. Selain lahan petani juga diberikan akses teknologi modal dan pemasaran.
“Lahan mereka jangan banyak dialihfungsikan, banyak yang sudah disulap jadi bangunan, perumahan, pabrik, itu masalah faktual yang jika dibiarkan akan menghabiskan lahan pertanian produktif. Jika perlu perluas penambahan lahan garapan baru, atau sawah baru, atau kebun baru,” kata Agus.
Aktivis Repdem bisa mengambil posisi mengawal keberlangsungan aktivitas pertanian. Terlebih pertanian yang dikelola oleh rakyat.
“Kawal bagaimana mereka mendapat akses bibit, pupuk, dan bagaimana kondisi pemasaran setelah panen. Jangan sampai petani merugi—dan karena merugi petani enggan bertani, dan menjadi ancaman bagi ketahanan pangan,” kata Agus.
(DH)